ANDA PENGUNJUNG KE:

Wednesday, February 13, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EPISPADIA

loading...



ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN EPISPADIA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
KELAS A81


DISUSUN OLEH :

DONNY NURHAMSYAH                  11130032


UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TERAKREDITASI “B”
NOVEMBER 2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Epispadia adalah suatu anomali kongenital yaitu meatus uretra terletak pada permukaan dorsal penis. Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomali saluran kemih. Inkontinensia urine timbul pada epispadia penopubis (95%) dan penis (75%) karena perkembangan yang salah dari spingter urinarius.Perbaikan dengan pembedahan dilakukan untuk memperbaiki inkontinensia,memperluas uretra ke glans. Prepusium digunakan dalam proses rekonstruksi, sehingga bayi baru lahir dengan epispadia tidak boleh di sirkumsisi. (Sylvia A. Price, hal. 1317).
Pada epispadia, meatus uretra tidak meluas ke ujung penis karena tidak adanya dinding dorsal uretra. Pada kedua keadaan tersebut, derajat rekontruksi uretra yang dibutuhkan bergantung pada letak lubang uretra di batang penis. Rekontruksi uretra dapat dilakukan dengan menggunakan selubung kulit yang ditanam, flap kulit, atau tandar bebas. Selama oenyembuhan pengeluaran urine biasanya dialihkan.
Epispadias merupakan kelainan kongiental berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas. Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada laki-laki. Ditandai dengan terdapat nya lubang uretra di suatu tempat pada permukaan dorsum penis. ( Kamus Saku Kedokteran DORLAN edisi 28 halaman 395).
Epispadias merupakan malformasi congenital dimana uretra bermuara pada permukaan dorsal penis. (Kamus Keperawatan halaman 217).
Epispadia  adalah suatu anomaly congiental yaitu terletak pada permukaan dorsal penis. Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomaly saluran kemih disepanjang batang penis.
Epispadia merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung tetapi terbuka. Epispadias adalah kelainan bawaan dari alat kelamin eksternal dan bawah saluran kemih akibat perkembangan yang tidak lengkap dari permukaan dorsal penis atau klitoris dan dinding atas dari uretra yang karena itu terbuka. Akibatnya, meatus uretra eksternal memiliki lokasi yang tidak biasa di titik variabel antara leher kandung kemih dan puncak kepala penis.
B.                 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan epispadia ?
2.      Apa penyebab dari epispadia ?
3.      Apa saja klasifikasi dari epispadia?
4.      Bagaimana cara penatalaksanaan medis dari epispadia?

C.                Tujuan
C.1. Tujuan Umum
            Tujuan umum dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk memberikan gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Epispadia dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
C.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :
1.      Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami epispadia.
2.      Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami epispadia.
3.      Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami epispadia.
4.      SPenatlaksanaan rencana keperawatan pada klien yang mengalami epispadia.
5.      Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami epispadia.
                                                            BAB II
LANDASAN TEORI

A.                Definisi Epispadia
Epispadias merupakan kelainan kongiental berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas. Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada laki-laki. Ditandain dengan terdapat nya lubang uretra di suatu tempat pada permukaan dorsum penis.                          ( Kamus Saku Kedokteran DORLAN edisi 28 halaman 395).
Epispadias merupakan malformasi congenital dimana uretra bermuara pada permukaan dorsal penis. (Kamus Keperawatan halaman 217).
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
Terdapat 3 jenis epispadia :
1. Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis
2. Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis
3. Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Epispadia  adalah suatu anomaly congiental yaitu terletak pada permukaan dorsal penis. Insiden epispadia yang lengkap sekitar 1 dalam 120.000 laki-laki. Keadaan ini biasanya tidak terjadi sendirian, tetapi juga disertai anomaly saluran kemih disepanjang batang penis.
Epispadia merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung tetapi terbuka.
Epispadias adalah kelainan bawaan dari alat kelamin eksternal dan bawah saluran kemih akibat perkembangan yang tidak lengkap dari permukaan dorsal penis atau klitoris dan dinding atas dari uretra yang karena itu terbuka. Akibatnya, meatus uretra eksternal memiliki lokasi yang tidak biasa di titik variabel antara leher kandung kemih dan puncak kepala penis.
  1. Anatomi fisiologi Genetalia

1.Struktur luar dari sistem reproduksi pria
 terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).

a) Penis

Penis terdiri dari:
- Akar (menempel pada didnding perut)
- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).

Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
- 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
- Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

b) Skrotum

Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

c) Testis

Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone.
Fungsi testis, terdiri dari :
a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).


2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.Alat kelamin laki-laki terbagi atas 3 bagian :

a) Vas deferens

Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

b) Uretra

Uretra berfungsi 2 fungsi:
- Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
- Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

3. Duktus Duktuli

a) Epididimis

Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

b)    Duktus Deferens

Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.

c)    Uretra.

Uretra berfungsi 2 fungsi:
- Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
- Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
C.    Etiologi

1.      Idiopatik.
2.      Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh hormonal.
3.      Maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi menyangkut prematur dari sel intertisial testis





D.    Patofisiologi
Pada anak laki-laki yang terkena, penis biasanya luas, dipersingkat dan melengkung ke arah perut (chordee dorsal). Biasanya, meatus terletak di ujung penis, namun anak laki-laki dengan epispadias, terletak di atas penis. Dari posisi yang abnormal ke ujung, penis dibagi dan dibuka, membentuk selokan. Seolah-olah pisau dimasukkan ke meatus normal dan kulit dilucuti di bagian atas penis. Klasifikasi epispadias didasarkan pada lokasi meatus pada penis. Hal ini dapat diposisikan pada kepala penis (glanular), di sepanjang batang penis (penis) atau dekat tulang kemaluan (penopubic). Posisi meatus penting dalam hal itu memprediksi sejauh mana kandung kemih dapat menyimpan urin (kontinensia). Semakin dekat meatus adalah dasar atas penis, semakin besar kemungkinan kandung kemih tidak akan menahan kencing.
Dalam kebanyakan kasus epispadias penopubic, tulang panggul tidak datang bersama-sama di depan. Dalam situasi ini, leher kandung kemih tidak dapat menutup sepenuhnya dan hasilnya adalah kebocoran urin. Kebanyakan anak laki-laki dengan epispadias penopubic dan sekitar dua pertiga dari mereka dengan epispadias penis memiliki kebocoran urin stres (misalnya, batuk dan usaha yang berat). Pada akhirnya, mereka mungkin membutuhkan bedah rekonstruksi pada leher kandung kemih. Hampir semua anak laki-laki dengan epispadias glanular memiliki leher kandung kemih yang baik. Mereka dapat menahan kencing dan melatih bak normal. Namun, kelainan penis (membungkuk ke atas dan pembukaan abnormal) masih memerlukan operasi perbaikan.
Epispadias adalah jauh lebih jarang pada anak perempuan, dengan hanya satu dari 565.000 terpengaruh. Mereka yang terpengaruh memiliki tulang kemaluan yang dipisahkan untuk berbagai derajat. Hal ini menyebabkan klitoris tidak menyatu selama perkembangan, sehingga kedua bagian klitoris. Selanjutnya, leher kandung kemih hampir selalu terpengaruh. Akibatnya, anak perempuan dengan epispadias selalu bocor urin stres (misalnya, batuk dan usaha yang berat). Untungnya, dalam banyak kasus, perawatan bedah dini dapat menyelesaikan masalah ini.
E.                 Manifestasi Klinis
  1. Uretra terbuka pada saat lahir, posisi dorsal
  2. Terdapat penis yg melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
  3.  Terdapat chordae
  4. Terdapat lekukan pada ujung penis
  5. Inkontinesia urin timbul pd epispadia penopubis (95%) dan penis (75%) karena perkembangan yang salah dari sfingter urinarius.
F.                 Klasifikasi
Tergantung pada posisi meatus kemih dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk :
1. Balanica atau epispadias kelenjar
adalah malformasi terbatas pada kelenjar, meatus terletak pada permukaan, alur dari meatus di puncak kepala penis. Ini adalah jenis epispadias kurang sering dan lebih mudah diperbaiki.
2. Epispadias penis
derajat pemendekan lebih besar dengan meatus uretra terletak di titik variabel antara kelenjar dan simfisis pubis.

`           3. Penopubica epispadias
varian yang lebih parah dan lebih sering. Uretra terbuka sepanjang perpanjangan seluruh hingga leher kandung kemih yang lebar dan pendek.
G.                Penatalaksanaan
F.1. Bedah Teknik
Berbeda dengan hipospadia di mana ada sejumlah besar teknik bedah yang menawarkan pilihan terapi yang berbeda, karena koreksi epispadia termasuk alternatif bedah dan hasil dari sudut pandang fungsional sering tidak memuaskan. Ketika epispadias tidak terkait dengan inkontinensia urin perawatan bedah terbatas pada rekonstruksi kepala penis dan uretra menggunakan plat uretra.
Ketika epispadias dikaitkan dengan inkontinensia urin pengobatan menjadi lebih kompleks. Dalam rangka meminimalkan dampak psikologis, usia yang paling cocok untuk perbaikan bertepatan dengan tahun pertama atau kedua kehidupan.
Yang penting untuk perbaikan epispadia sukses meliputi:
1.      Pemanjangan penis
2.      Urethroplasty
3.      Cakupan cacat kulit dorsal penis
H.                 PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Radiologis (IVP)
  2. USG sistem kemih-kelamin.
  3. Epispadia biasanya diperbaiki melalui pembedahan.






BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.KASUS
Anak B 6 tahun dibawah oleh ibunya ke RS melati pada tanggal 15 Sepetember 2012 dengan gangguan pada lubang uretranya yang terletak pada dorsal penis.Setelah pemeriksaan medis anak B mengalami kelainan urinarius yaitu lubang uretra berada di dorsum (di atas) penis dengan diagnosis medis epispadia.Pada tanggal 20 September anak B menjalani operasi pada penis anak B. hari pertama post operasi anak B mengatakan terasa nyeri pada luka, sering terjaga pada malam hari karena nyeri,mata anak B tampak tidak bercahaya dan tampak meringis kesakitan.Ibu D mengatakan anak B hanya dapat tidur 5 jam per hari,ibu D juga mengatakan anak B mengalami penurunan selera makan.Saat dipalpasi badan anak B teraba hangat.Klien terlihat sulit membolak-balikkan posisi,anak juga terbatas untuk berjalan.Dari hasil pengkajian TTV:S=37,60C, N=110x/menit,R R=32x/menit, TD=120/70mm/Hg.










B.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Perawat             : Ns.A
Tanggal Pengkajian     : 15 September 2012
Jam pengkajian            : 09.00
1.Biodata Pasien
Nama                           : Anak B
Usia                             : 6 tahun
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SD
Pekerjaan                     : Pelajar
Status pernikahan        : Belum menikah
Alamat                                    : Maguoharjo,no 18
Diagnosa medis           : Epispadia
Tanggal masuk RS      : 15 september 2012
Penanggung jawab
Nama                           : Ibu D
Usia                             : 45 tahun
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga
Status pernikahan        : Menikah
Alamat                                    : Maguwoharjo,no:18
Hubungan dengan klien          : Anak
2.Keluhan Utama :Klien mengatakan merasa nyeri pada luka operasi.

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang : ibu klien mengatakan anaknya mengalami gangguan berkemih semenjak anaknya masih bayi.
b.  Riwayat penyakit dahulu: tidak terkaji : (Epispadia)
            Sejak lahir klien sudah mengalami kelainan urinarius yaitu lubang uretrannya berada di dorsum (atas) batang penis.
c. Riwayat penyakit keluarga :ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang seperti klien rasakan sekarang.
3.Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
a.Aktifitas dan Latihan
            Sebelum sakit anak B dapat melakukan aktifitas secara rutin, klien tidak menggunakan alat bantu, klien juga tidak menggunakan terapi, kemampuan melakukan ROM aktif, kemampuan ambulasi dan ADL dilakukan secara mandiri. Saat sakit aktivitas yang dilakukan terbatas,klien tidak menggunakan alat bantu,klien juga tidak menggunakan terapi,kemampuan melakukan ROM pasif,kemampuan melakukan ambulasi dan ADL dengan bantuan keluarga.
b.Tidur dan Istrahat
              Sebelum sakit klien dapat tidur 8 jam per hari,klien tidak tidur pada siang hari.klien tidak mengalami kesulitan tidur.Saat sakit klien hanya dapat tidur 5 jam per hari,ibu klien mengatakan klien mudah/sering terbangun karena nyeri yang dirasakan.

c.Kenyamanan dan nyeri
P : klien mengatakan nyerinya timbul saat klien menggerakkan badan untuk berganti posisi. Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan menggunakan teknik relaksasi.
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk benda tajam.
R : klien mengatakan nyeri pada luka operasi pada penis.
S : klien mengatakan skla nyeri 6.
T : klien mengatakan nyeri hilang timbul.
d. Nutrisi
Sebelum sakit klien dapat makan 3 x sehari,BB:20kg ,TB:113 cm,tidak memiliki makanan pantangan dan klien tidak memiliki alergi,nafsu makan baik. klien tidak memiliki masalah pencernaan. Setelah dilakukan operasi klien hanya makan 2x sehari  BB: 20 kg,TB: 113 cm, ,klien tidak memiliki makanan pantangan dan klien tidak memiliki alergi, selera makan klien menurun.
e. Cairan elektrolit dan asam basa
            Sebelum sakit frekuensi minum 2000 cc/hari,klien minum air putih,turgor kulit elastic. selama sakit frekuensi minum 1500cc/hari klien minum air putih,turgor kulit elastis,klien menggunakan infuse.
       f. Oksigenasi
            Sebelum dan selama sakit klien tidak mengalami sesak napas dan tidak batuk.
      g. Eliminasi fekal/bowel
            Sebelum sakit frekuensi BAB 1x sehari pada waktu pagi hari,warna kuning ,berbau khas feses ,konsistensi padat dan berbentuk. klien tidak menggunakan pencahar,klien tidak mengalami gangguan eliminasi bowel,kebutuhan pemenuhan eliminasi bowel secara mandiri.Selama sakit frekuensi BAB 1 hari sekali pada waktu siang hari Warna kuning, berbau khas feses,konsistensi padat klien tidak menggunakan pencahar dan tidak mengalami gangguan eliminasi,kebutuhan eliminasi fekal dengan bantuan pispot.
 h. Eliminasi urin
            Sebelum sakit jumlah urin 1500cc ,berbau amoniak,warna kuning bening,tidak ada hematuria, klien tidak menggunakan obat antideuretik, klien tidak mengalami gangguan eliminasi urin, klien tidak mengguanakan kateter, kebutuhan eliminasi urin secara mandiri.
Selama sakit jumlah urin 1000cc,warna kuning pucat,klien tidak menggunakan antideuretik, klien tidak mengalami gangguan eliminasi, klien menggunakan kateter, klien tidak memiliki keluhan dalam eliminasi urin.
i. Sensori,persepsi dan kognitif
            Sebelum dan selama sakit klien tidak mengalami gangguan penglihatan visus 6/6, klien tidak mengalami gangguan pendengaran, klien tidak mengalami gangguan penciuman.


4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien terlihat sedikit pucat
Kesadaran          : compos metis/sadar penuh
GCS                   : eye=4, verbal=5, motorik=6
Vital sign           :TD=120/70mmHg,
Nadi=110x/menit, S=37,60C, RR=32x/menit
b. Kepala
Saat diinspeksi bentuk kepala klien simetris,rambut sedikit kering,rambut klien lebat,berombak.Saat dipalpasi tidak terdapat hematoma,tidak ada lesi. saat inspeksi wajah tidak ada bells palsy, tidak ada hematoma, dan tidak ada lesi,alis mata klien menyebar merata,saat diinspeksi konjungtiva tidak anemis,dan tidak hiperemis,tidak ada oedema pada palpebra,pada lensa tidak keruh,sklera tidak ada ikterik,pupil isokor.Saat palpasi hidung tidak ada septum devisiasi,tdak ada polip,tidak ada epistaksis,sedikit sekret.Saat diinspeksi tidak ada caries gigi,tidak ada gigi palsu,pada bibir sedikit kering,tidak ada stomatitis,tidak ada tanda-tanda sianosis,mukosa bukal lembab.
c. Leher
Pada leher tidak terdapat pembesaran tyroid,tidak ada pelebaran vena jugularis.Pada tenggorokan tidak terdapat nyeri telan,tidak ada pembesaran tonsil.
d. Thoraks
Tidak ada barrel chest,funnel chest,dan pigeon chest.
      d.1. Pulmo
Inspeksi                       :   Pengembangan dada kanan dan kiri seimbang.
Auskultasi                   : Tidak ada bunyi tambahan(ronki,mengi dan krekels)          
Palpasi                         :    Fremitus taktil sama pada bagian kiri dan kanan
Perkusi                         :   Suara paru sonor
                d.2. Jantung
            Inspeksi           : Ictus cordis tidak terlihat
            Auskultasi       : Bunyi jantung,S 1:lup,S 2:dup tidak bunyi S 3 dan S 4 dan    murmur
            Palpasi             : Ictus cordis teraba
            Perkusi            : Suara jantung redup
e. Abdomen
Tidak ada pembesaran organ,peristaltic usus 18x/menit,warna kulit merata.
f. Genetalia
Saat diinspeksi tidak terdapat tumor, terdapat kelainan lubang penis yang berada di dorsal penis.


h. Rectum
Saat diinspeksi tidak ada tanda-tanda hemoroid, tidak tampak tanda-tanda tumor.
i.     Ekstremitas
Ø  Ekstremitas atas : Saat dilakukan pemeriksaan Rom of motion kanan dan kiri aktif, tidak ada tanda-tanda pembesaran pembuluh darah.
Ø  Ekstremitas bawah : Saat dilakukan pemeriksaan Rom of motion kanan dan kiri aktif, tidak ada tanda-tanda pembesaran pembuluh darah.

5. Psikologis, social, budaya, dan spiritual.
a.       Psikologis:
                                i.            Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang masalah penyakit yang pasien derita sekarang. Pasien juga mengatakan belum pernah mengalamipenyakit yang serupa sebelumnya.
                              ii.            Klien merasa bahwa saat sakit malas untuk bermain dengan teman sebayanya dan klien juga mengatakan bahwa takut tertinggal pelajaran disekolahnya, klien berharap agar cepat sembuh agar dapat lagi bermain dengan teman sebayanya dan bias masuk sekolah lagi agar tidak tertinggal pelajaran di sekolahnya.
                            iii.            Cara mengatasi masalah pada klien di atas adalah:
Adanya peran keluarga untuk memberikan perhatian yang lebih baik yaitu dengan cara megajarkan setelah habis buang air kecil harus cebok.
Anak tidak boleh hanya mendapat asuhan dari pembantu, tetapi orang tua harusberperan lebih aktif.
Adanya pendidikan kesehatan dari perawat kepada keluarga tentang pola hidup yang bersih.
b.      Social
                                                        i.            Aktivitas klien di masyarakat adalah sebagai seorang murid play group.
                                                      ii.            Kebiasaan lingkungan yang tidak di sukai oleh klien adalah ketika klien mau melakukan sesuatu di larang oleh orang tuanya, cara mengatasinya berikan pendekatan dengan metode bonding attachment,berikan pengertian kepada anak tentang pendidikan kesehatan anak pada usia dini.

c.       Budaya
                                i.            Orang tua klien mengatakan Klien bersuku bangsa jawa.
                              ii.            Orang tua klien mengatakan budaya yang di ikuti klien dan keluarga adalah budaya jawa.
                            iii.            Orang tua klien mengatakan dalam system keluarga tidak ada budaya atau kebiasaan yang dilakukan klien dan keluarga yang dapat merugikan kesehatan,contohnya merokok, minum minuman keras.
d.      Spiritulal
                                i.            Orang tua klien mengatakan, klien dan keluarga selalu melaksanakan ibadah secara bersama sama sebelum sakit.
                              ii.            Orang tua klien mengatakan sejak sakit, klien tidak dapat beribadah secara bersama sama.
                            iii.            Orang tua klien mengatakan Klien dan keluarga terbiasa melaksanakan sholat  secara bersama sama.
                            iv.            Orang tua klien mengatakan, penyakit yang di derita klien sekarang adalah suatu ujian hidup dari alloh swt yang bertujuan agar klien dan keluarga harus lebih beriman, dan selalu bertawakal kepada allloh swt, dan lebih meningkatkan pola hidup sehat.











ANALISA DATA

Tanggal/Jam
Data Fokus
Etiologi
Problem
21/10/2012
Ds : Ibu B mengatakan selera makan anak B menurun.
Ds : Anak B mengatakan terasa nyeri pada luka.

Do : Anak B terlihat sering menangis dan merintih kesakitan Serta mata tampak tidak bercahaya.

Do : Anak B terlihat menahan nyeri.
Agen cedera (fisik)
Nyeri Akut
21/10/2012
Ds : Anak b mengatakan lambat untuk melakukan pergerakan.
Do : Anak B terlihat sulit untuk membolak – balikkan posisi.
Do : Anak B juga terbatas untuk berjalan.
Nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik
21/10/2012
Ds : Ibu B mengatakan Anak B hanya dapat tidur 5 jam/hari.

Ds : Ibu B mengatakan Anak B sering terjaga pada saat tidur.

Do : Wajah anak tampak kurang segar.
Do : Anak B terlihat masih mengantuk.

Gangguan
Gangguan Pola Tidur
21/10/2012
Ds : Ibu B mengatakan selera makan anak B menurun.

Do : Membran mukosa anak B terlihat pucat.
Do : Tonus otot menurun.
Faktor psikologis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keburuhan tubuh
PERIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor psikologis.
3.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

REVISI :

1.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor psikologis.
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.













Nama Klien : Anak B
            No. RM           : 140502
Umur            : 6 Tahun
  Alamat           : Yogyakarta
Bangsal        : Anggrek
            Dx. Medis       : Epispadia

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
NAMA/ TTD
1.
Nyeri akut b.d agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kepada anak B maka nyeri dapat berkurang dengan criteria hasil :
1.      Skala nyeri berkurang dari 6 ke 2.
2.      Klien dapat mengontrol nyeri.
3.      Tingkat ketidak nyamanan klien berkurang di tunjukan dengan : klien tidak meringis kesakitan.
1.      Kaji skala nyeri dengan menggunakan PQRST
2.      Manajemen nyeri untuk mengurangi nyeri: melakukan teknik relaksasi napas dalam,  dan distraksi/ pengalihan perhatian.
3.      Berikan obat analgesic untuk mengurangi nyeri.
4.      Anjurkan kepada keluarga untuk menjaga ketenangan dilingkungan sekitar pasien.
Ns. A
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor psikologis.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kepada anak B maka status nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil :
1.      Klien mempunyai keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
2.      Klien dapat makan tiga kali sehari

                    
1.      Motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
2.      Manajemen nutrisi : ketahui makanan kesukaan klien.
3.      Ajarkan klien dan keluarga tentang makanan yang bergizi.
4.      Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.

Ns. B
3.
Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam kepada anak B maka hambatan mobilitas fisik dapat teratasi dengan criteria hasil :
1.      Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuh.
2.      Klien dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan mandiri.
3.      Klien dapat mengubah letak tubuh secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
1.      Atur posisi klien atau bagian tubuh klien secara hati-hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis.
2.      Bantu individu untuk mengubah posisi tubuhnya.
3.      Fasilitasi latihan otot secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.

Ns. C






IMPLEMENTASI
Nama Klien : Anak B
            No. RM           : 140502
Umur            : 6 Tahun
  Alamat           : Yogyakarta
Bangsal        : Anggrek
            Dx. Medis       : Epispadia

HARI I
NO. DX
TGL
WAKTU
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TTD
1.      Nyeri akut b.d agen cedera fisik
21/10/2012
08.00














10.00















12.00

















1.      Mengkaji skala nyeri dengan PQRST.
Respon:
S:Klien mengatakan masih terasa nyeri.
O:Wajah tampak tidak bercahaya.
2.      Memanajemen nyeri untuk mengurangi nyeri: melakukan teknik relaksasi napas dalam,  dan distraksi/ pengalihan perhatian.
S : Klien mengatakan masih terasa nyeri.
O : wajah klien masih meringis kesakitan.

3.      Memberikan obat analgesic untuk mengurangi nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya belum berkurang.
O : Klien terlihat masih meringis kesakitan.

4.      Menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga ketenangan dilingkungan sekitar pasien.
S:Klien mengatakan lingkungan disekitarnya tenang.
O:wajah klien tampak rileks.


14.00
S : Klien mengatakan nyerinya berkurang dari 6 ke 5.
O : Klien terlihat masih meringis kesakitan.
A : Tujuan belum tercapai.

P : Intervensi dilanjutkan.
Ns. A
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor psikologis.

09.00













11.00

















13.00


















14.00














1.      Memotivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
S : Klien mengatakan sudah mau makan.
O : Klien terlihat segar


2.      Memanajen nutrisi : ketahui makanan kesukaan klien.
S : Klien mengatakan sudah mau makan makanan yang dia sukai.
O : Klien terlihat segar.

3.      Mengajarkan klien dan keluarga tentang makanan yang bergizi.
S : Klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui makanan yang bergizi.
O : Klien dan keluarga terlihat mengerti.

4.      Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
S : Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan informasi yang diberikan.
O : Klien dan keluarga terlihat mengerti.
14.00
S : Klien mengatakan sudah sedikit memiliki nafsu makan.
O : Klien terlihat segar.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
Ns. B
3.      Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri

08.30
















10.30
















12.30
1.      Mengatur posisi klien atau bagian tubuh klien secara hati-hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis.
S : Klien mengatakan masih kurang nyaman.
O : Klien terlihat gelisah.

2.      Membantu individu untuk mengubah posisi tubuhnya.
S : Klien mengatakan masih terasa sakit saat berpindah posisi.
O : Klien terlihat meringis kesakitan.

3.      Memfasilitasi latihan otot secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.
S : Klien mengatakan takut untuk melakukan latihan.
O : Klien terlihat cemas.
14.00
S : Klien mengatakan masih merasakan nyeri saat berpindah posisi.
O : Klien terlihat gelisah.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intevensi dilanjutkan.


HARI II
No. DX
TANGGAL
WAKTU
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TTD
1.      Nyeri akut b.d agen cedera fisik
22/10/2012
08.00












10.00













12.00













1.      Mengkaji skala nyeri dengan PQRST
 S:klien mengatakan masih merasa nyeri.
O:Klien terlihat 
2.      Memanajemen nyeri untuk mengurangi nyeri.
S : Klien mengatakan masih sedikit terasa nyeri.
O : wajah klien masih sedikit  meringis kesakitan.



3.      Memberikan obat analgesic untuk mengurangi nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang.
O : Klien terlihat masih sedikit meringis kesakitan.

4.      Menganjurkan kepada keluarga untuk menjaga ketenangan dilingkungan sekitar pasien.
S:Klien mengatakan lingkungan disekitarnya tenang.
O:wajah klien tampak rileks.



14.00
S : Klien mengatakan nyerinya berkurang dari 5 ke 2.
O : Klien terlihat sudah sedikit nyaman.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
Ns. A
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d factor psiikologis.
22/10/2012
08.00














09.00


















12.00




















14.00
1.      Memotivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
S : Klien mengatakan sudah makan seperti biasanya.
O : Klien terlihat segar

2.      Memanajen nutrisi : ketahui makanan kesukaan klien, timbang berat badan.

S : Klien mengatakan sudah makan makanan yang disukai seperti biasa.
O : Klien terlihat segar.

3.      Mengajarkan klien dan keluarga tentang makanan yang bergizi.
S : Klien dan keluarga mengatakan sudah mengetahui makanan yang bergizi.
O : Klien dan keluarga terlihat sudah mengerti dan melaksanakannya.

4.      Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
S : Klien dan keluarga mengatakan mengerti dengan informasi yang diberikan.
O : Klien dan keluarga terlihat mengerti dan sudah melaksanakannya.


14.00
S : Klien mengatakan berat badannya sudah bertambah.
O : Klien terlihat bugas seperti sebelum sakit.
A : Tujuan tercapai.
P : Intervensi dihentikan.
Ns. B
3.      Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
22/10/2012
09.00

















11.00


















13.00
1.      Mengatur posisi klien atau bagian tubuh klien secara hati-hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis.
S : Klien mengatakansedikit merasakan nyaman.
O : Klien terlihat sedikit tenang.

2.      Membantu individu untuk mengubah posisi tubuhnya.
S : Klien mengatakan sakitnya mulai berkurang saat berpindah posisi.
O : Klien terlihat mampu berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain.

3.      Memfasilitasi latihan otot secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.
S : Klien mengatakan sudah kuat untuk berpindah tempat.
O : Klien terlihat sudah tenang.
14.00
S : Klien mengatakan sudah sedikit mampu untuk berpindah posisi.
O : Klien terlihat sedikit tenang.
A : Tujuan belum tercapai.
P : Intervensi dilanjutkan.
Ns. C

HARI III
NO. DX`
TANGGAL
WAKTU
IMPLEMENTASI
EVALUASI
TTD
1.      Nyeri akut b.d agen cedera fisik
23/10/2012
08.00













09.00












11.00













1.      Mengkaji nyeri dengan PQRST
S:Klien mengatakan nyeri sudah hilang.
O:wajah klien terlihat tenang.
2.      Memanajemen nyeri untuk mengurangi nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya sudah hilang.
O : Klien terlihat sudah tidak meringis kesakitan.



3.      Memberikan obat analgesic untuk mengurangi nyeri.
S : Klien mengatakan nyerinya sudah hilang.
O : Klien terlihat tenang.


4.      Memberikan informasi tentang nyeri.
S : Orang tua dan klien mengatakan mengerti dengan informasi yang diberikan dan menjalankannya.
O : orang tua dan klien terlihat mengerti dengan informasi yang diberikan dan sudah menjalankannya.


14.00
S : Klien mengatakan nyerinya sudah hilang dari 2 ke 0.
O : Klien terlihat lebih rileks.
A : Tujuan tercapai.
P : Intervensi dihentikan.
Ns. A
2.      Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri.
23/10/2012
08.00















10.00


















12.00














1.      Mengatur posisi klien atau bagian tubuh klien secara hati-hati untuk meningkatkan kesejahteraan fisiologis.
S : Klien mengatakan sudah sangat nyaman.
O : Klien terlihat lebih rileks.

2.      Membantu individu untuk mengubah posisi tubuhnya.
S : Klien mengatakan sakitnya sudah hilang saat berpindah posisi.
O : Klien terlihat mampu berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain seperti saat sebelum sakit.

3.      Memfasilitasi latihan otot secara rutin untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot.
S : Klien mengatakan sudah kuat untuk berpindah tempat.
O : Klien terlihat sudah tenang.
14.00
S : Klien mengatakan sudah bisa berjalan dengan baik.
O : Klien terlihat sudah sangat rileks.
A : Tujuan tercapai.
P : Intervensi dihentikan.

Ns. B














BAB IV
PEMBAHASAN
Epispadias merupakan kelainan kongiental berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas. Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada laki-laki. Ditandain dengan terdapat nya lubang uretra di suatu tempat pada permukaan dorsum penis. ( Kamus Saku Kedokteran DORLAN edisi 28 halaman 395).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak B 6 tahun dibawah oleh ibunya ke RS melati pada tanggal 15 Sepetember 2012 dengan gangguan pada lubang ureternya yang terletak pada dorsal penis.Setelah pemeriksaan medis anak B mengalami gangguan urinarius dengan diagnosis medis epispadia. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A.    PENGKAJIAN
Proses pengkajian pada klien dengan keluhan lubang pada uretranya terletak pada dorsal penis.pemeriksaan dilakukan oleh perawat dengan  melakukan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Selain itu perawat mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat diruangan dan dokter serta data-data yang ada di status rawat inap klien.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara klien,keluarga dan perawat sehingga mempermudah perawat  dalam mengkaji  pasien dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan klien mau menjawab pertanyaan dari perawat dan menerima saran yang diberikan. Dari hasil pengkajian TTV:S=37,60C, N=110x/menit,R R=32x/menit, TD=120/70mm/Hg
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang ada pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan.
B.     Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II,  pada Anak B dengan keluhan Epispadia adalah ada 3 diagnosa yang diangkat, meliputi :
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
3.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
4.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan
            Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien.
C.    Perencanaan
            Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul, dikelompkkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana keperawatan, pada penyusunan kriteria hasil perawat menyesuaikan dengan waktu pemberian perawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu selama 3 hari
D.    Pelaksanaan/ Implementasi
            Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan pada anak B dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh klien berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E.     Evaluasi
            Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan pada Anak B adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.



BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki,dimana lubang uretra terdapat dibagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung,tetapi terbuka.kelainan ini terjadi pada saluran perkemihan.
B.     Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam keperawatan anak salah satunya pada hipospadia dan juga meningkatkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2.      Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang optimal khususnya pada anak yang menderita penyakit hipospadia dan perawat mampu menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.










DAFTAR PUSTAKA

Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4. Mas By Eiseuiere: LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.
Rosdiana. Kamus Keperawatan
Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC: Buku Kedokteran.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.



Mengacu pada NOC dan NIC


No comments:

Post a Comment

 
loading...