ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN DENGAN RETARDASI MENTAL
DISUSUN
OLEH :
DONNY
NURHAMSYAH 11130032
S-1 ILMU KESEHATAN
FAKULTAS LMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Retardasi mental merupakan masalah
dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan
angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan
hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka
tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan,
bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American
Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan
bahwa Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan
kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan
fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai
keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental yang
ditunjukkan dengan bagan (Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih
merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat.Demikian pula
dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang
tidak kecil.
Retardasi
mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental
yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan fungsi intelektual
yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau
lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri secara
sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada
di bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat
lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi
mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya
dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL;
ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan;
akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll.
Retardasi
mental adalah kondisi sebelum usia
18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan
(biasanya nilai IQ-nya
di bawah 70) dan sulit beradaptasi
dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan
pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif
yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental
lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah
suatu keadaan perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Menurut The American Association on Mental Deficiency
(AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku
adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata
normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang
muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986,
Cytryn dan Lourie, 1980).
Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi
retardasi mental terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model
pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik
lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar pada sistem otak,
sedangkan pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi
secara umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.
Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental
adalah keterbelakangan mental, lemah ingatan, cacat mental, tuna mental.
Istilah asing yang sering digunakan adalah mental deficiency, oligophrenia,
amentia, dan mental subnormality (Rumini, 1987).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari Retardasi mental ?
2.
Apa penyebab dari retardasi mental pada anak ?
3.
Apa saja klasifikasi dari retardasi mental ?
4.
Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap anak yang
mengalami retardasi mental ?
C.
Tujuan Umum
Dan Khusus
C.1. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini
adalah untuk memberikan gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnose medis Retardasi Mental dengan menggunakan metode
pendekatan proses keperawatan.
C.2. Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :
1.
Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
2.
Diagnose keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
3.
Perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
4.
Penatalaksanaan keperawatan pada klien yang mengalami
Retardasi Mental.
5.
Evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami Retardasi Mental.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A. Definisi
Retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah
usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial
(D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi
mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
Retardasi
mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di
sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa
perkembangan.(Crocker AC).
B. Etiologi
Penyebab
dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu
terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab
retardasi mental :
1.
Non-organik
a) Kemiskinan
dan keluarga yang tidak harmonis
b) Faktor
sosiokultural
c) Interaksi
anak-pengasuh yang tidak baik
d) Penelantaran
anak
2.
Organik
a. Faktor
prakonsepsi
·
Abnormalitas
single gene (penyakit-penyakit
metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
·
Kelainan
kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndrome polygenic familial.
b. Faktor
prenatal
a)
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1.
Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2.
Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus)
3.
Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
4.
Disfungsi plasenta
5.
Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
b)
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH,HIV
2. Zat-zat teratogen (alcohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu: diabetes militus,PKU (Phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Disfungsi plasenta
6. Ibu malnutrisi
c)
Faktor perinatal
1.
Sangat premature
2.
Asfiksia neonatorum
3.
Trauma lahir: pendarahan intra cranial
4.
Meningitis
5.
Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
d)
Faktor post natal
1.
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2.
Neuro toksin, misalnya logam berat
3.
CVA (Cerebrovascular
accident)
4.
Anoksia, misalnya tenggelam
5.
Metabolik
6.
Gizi buruk
7.
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid,
pseudohipoparatiroid
8.
Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
9.
Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
10. Infeksi
Kebanyakan
anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social ekonomi
rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap
menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada
keadaan social ekonomi yang rendah dapat
sebagai penyebab organik dari retardasi mental,
C.
Diagnosis
dan Gejala klinis
Dengan
melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST (Denver
Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat.
Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,
sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun
dapat dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak
dapat diambl kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan
pada system susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada
keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya
dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada otak anak.
Gejala
klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik
dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1.
Kelainan pada mata :
a)
Katarak
b)
Bintik cherry-merah pada daerah macula
c)
Kornea keruh
2.
Kejang :
a)
Kejang umum tonik klonik
b)
Kejang pada masa neonatal
3.
Kelainan pada kulit :
a)
Bintik-café-au-lait
4.
Kelainan rambut :
a)
Rambut rontok
b)
Rambut cepat memutih
c)
Rambut halus
5.
Kepala :
a)
Mikrosefali
b)
Makrosefali
6.
Perawakan pendek :
a)
Kretin
b)
Sindrom prader-willi
7.
Distonia :
a)
Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi
mental tergantung dari tipenya, adalah
sebagai berikut:
1.
Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan
dari kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat
setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik,
artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias
silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri
seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu
menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2.
Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita
retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf
kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapai dapat
dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian
dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu
dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu
menghadapi stress dan kurang dapat mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan
pengawasan.
3.
Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental
masuk kelompok ini.Diagnosis mudah ditegakkan secara dini,karena selain adanya
gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak
sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.Kelompok
ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan
berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan memerlukan
pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4.
Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe
klinik.Diagnosa ini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat
jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini seluruh hidupnya
tergantung pada orang di sekitarnya
D.
Komplikasi
a. Serebral
palcy
b. Gangguan
kejang
c. Gangguan
kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
E.
Pemeriksaan
Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu
dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu:
a.
Kromosom kariotipe
b.
EEG (Elektro Ensefalogram)
c.
CT (Cranial
Computed Tomography) atau MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
d.
Titer virus untuk infeksi congenital
e.
Serum asam urat (Uric acid serum)
f.
Laktat dan piruvat
g.
Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h.
Serum seng (Zn)
i.
Logam berat dalam darah
j.
Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k.
Serum asam amino atau asam organik
l.
Plasma ammonia
m.
Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n.
Urin mukopolisakarida
o.
Urin reducing
substance’
p.
Urin ketoacid
q.
Urin asam vanililmandelik
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan
retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu
diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang
baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak
secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin.
Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik
anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin
ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai
situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali
melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita
epilepsi,palsiserebral,dll. Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah
laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli
rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya.
Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang
perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk
anak-anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi
penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan
dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk
meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik
antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam
strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga
harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan penerangan
tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi
mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan keterampilan-keterampilan
dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan pula tentang
baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak
melakukan tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan
seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini
juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang
rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini sering
juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
G.
Pencegahan
Dengan memberikan perlindungan
terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan retardasi mental,
misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan yang
rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada tenaga kesehatan
yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi mental.
Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja,
memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan
gizi keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya
program BKB (Bina Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan
bisa dikembangkan dan juga deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan
anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan
melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada tahun pertama, maka dapat
dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan terapi dini
hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan
intervensi dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi
yang terjadi.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke
rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan di tangannya. Ibu B mengatakan
anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri dan sering
mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering menolak ketika
diajak bermain oleh teman – temannya. Ibu B mengatakan An. A belum bisa
menulis, membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat
banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak berinteraksi, respon An. A
sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan yang diberikan
oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil, tidak seperti
anak umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A
terlihat kurang berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV
didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A.
PENGKAJIAN
Nama
perawat : Ns Donny
Tanggal
pengkajian : 20 November 2012
Jam
pengkajian : 10.30
1.
Biodata
Pasien
Nama klien :
An.A
Umur :
6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama :
islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS : 20 November
2012
Penanggung
jawab
Nama :
Ibu B
Umur :
50 Tahun
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat :
Jl. Raya Tejem 60
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama:
An.A
Mengalami banyak perdarahan di tangannya.
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat
penyakit sekarang :
klien
mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
b. Riwayat
penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien
pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga mengatakan tidak ada alergi
makanan atau obat dan baru melakukan imunisasi pada umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E
mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus
GENOGRAM
KETERANGAN :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-laki & Perempuan Wafat
: Pasien
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Panah yang menunjukan pasien
----------------- : Tinggal satu rumah
3.
PENGKAJIAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
a. Aktivitas Latihan
An.A sebelum di bawa ke rumah
sakit sering menolak ketika di ajak bermain oleh teman-temannya dan tidak
nyambung ketika diajak bicara
Setelah dibawa ke rumah sakit An.A sering bersikap aneh dan sering melukai
dirinya sendiri.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum di
bawa ke rumah sakit klien mengatakan
tidak ada masalah saat istirahat selama 6 jam untuk tidur malam dan 2 jam untuk
tidur siang
Setelah di
bawa ke rumah sakit klien mengatakan
sulit tidur dan terbangun serta sering
rewel dikarenakan 4 jam dan tidak bisa tidur siang
c. Kenyamanan dan nyeri
P :dari reaksi non verbalnya klien
terlihat menahan sakit dan meringis
Q :dari reaksi non verbalnya klien
sering menangis dan rewel
R :Nyeri klien berada di telapak
tangan
S :Skala nyeri antara 1-10 klien menunjukkan
skala nyerinya di angka 7
T :dari reaksi non verbalnya klien
merasakan nyeri saat beraktivitas
d. Nutrisi
Sebelum sakit
klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang di berikan
selalu di habiskan klien. Selama sakit klien tidak mau makan karena sering
rewel menahan sakit.
e. Cairan dan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami perdarahan klien hanya
minum 3 gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum dibawa ke rumah sakit klien hanya minum 5 gelas standar
250cc perhari.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada
pernafasan dan klien tidak terpasang alat bantu pernafasan.
g. Eliminasi bowel
Sebelum dan
setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.
h. Eliminasi urin
Sebelum dibawa
ke rumah sakit anak N bisa BAK 5x sehari dengan konsistensi warna urin kuning
bening
Setelah dibawa
ke rumah sakit anak N bisa BAK 3x sehari dengan konsistensi warna urin kuning
pekat.klien juga tidak terpasang kateter.
i.
Sensori
persepsi dan kognitif
Setelah
dilakukan pengkajian ternyata klien mengalami gangguan retardasi mental yang di
tandai dengan sulitnya di ajak berinteraksi dengan orang lain dan menolak jika
di ajak bermain.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah
lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1)
Kepala
Kulit kepala
klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien
kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran tonsil dan tidak ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
tidak terkaji
4) Abdomen
Peristaltik
usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia
klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di
gerakkan
5.
PSIKO SOSIO
BUDAYA DAN SPIRITUAL
Psikologis
Klien
terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
Sosial
Ibu
B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika
di ajak bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
Spiritual
An.A beragama Islam
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang
perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental, yaitu (Shonkoff JP,
1992):
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)).
6. Pemeriksaan kromosom
7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
ANALISA
DATA
Tanggal/Jam
|
Data
Fokus
|
Etiologi
|
Problem
|
20-11-2012
|
Ds : Ibu B mengatakan anaknnya malu
untuk bertemu teman-teman sebayanya.
Do: Saat diajak berinteraksi, respon
An A sangat lambat dan jawaban An A juga menyimpang.
Do : An A terlihat kurang berminat
untuk diajak bicara.
|
Gangguan proses pikir
|
Hambatan interaksi sosial
|
20-11-2012
|
Ds : Ibu B mengatakan An. A belum bisa
menulis, membaca dan melakukan aktivitasnya sendiri.
Ds : Ibu B mengatakan anaknnya malu
untuk bertemu teman-teman sebayanya.
Ds : Ibu B mengatakan anaknya menolak
jika diajak bermain oleh teman-teman sebayanya.
Do : An A terlihat kurang berminat
untuk diajak bicara.
|
Keterlambatan dalam menyelesaikan
tugas perkembangan
|
Isolasi sosial
|
20-11-2012
|
Ds : Saat diajak berinteraksi, respon
An A sangat lambat dan jawaban An A juga menyimpang.
Do : Ketika perawat menyuruh An A
berhitung, An A tidak bisa.
|
Inteligensia yang rendah
|
Gangguan penyesuaian individu
|
20-11-2012
|
Ds : Ibu B mengatakan anaknya sering
mengeluh kesakitan pada daerah luka sayatan.
Do : Ketika diinspeksi terlihat banyak
luka sayatan ditangan An A.
|
Agen cedera fisik
|
Nyeri akut
|
20-11-2012
|
Ds : Ibu B mengatakan anaknya susah
untuk makan.
Do : Ketika diamati tubuh An A
terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6 tahun pada umumnya.
|
Faktor psikologis
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
|
PERIORITAS DIAGNOSA
1.
Gangguan penyesuaian individu b.d
Intelegensi yang rendah.
2.
Hambatan interaksi social b.d Gangguan
proses pikir.
3.
Isolasi social b.d Keterlambatan dalam
menyelesaikan tugas perkembangan.
INTERVENSI
Nama
Klien : An. A
|
No. RM : 11130032
|
Umur : 6 Tahun
|
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
|
Bangsal : Melati
|
Dx. Medis :
|
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
NAMA/
TTD
|
1.
|
Gangguan penyesuaian individu b.d
Intelegensi yang rendah.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam maka Gangguan penyesuaian belum teratasi dengan criteria hasil
:
1.
Belum bisa menggunakan strategi koping yang baik.
2.
Belum bisa mempertahankan produktivitas.
|
1.
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi berbagai peran
dalam kehidupan.
2.
Bantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga.
3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif
untuk perubahan peran.
|
|
2.
|
Hambatan interaksi social b.d Gangguan
proses pikir.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka Hambatan interaksi
sosial belum teratasi dengan riteria hasil :
1.
Belum bisa mempertahankan fungsi kognitif.
2.
Belum bisa mempertahankan keterampilan bahasanya.
3.
Belum bisa mempertahankan keterampilan dalam pemecahan masalah.
|
1.
Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaan yang
berhubungan dengan masalah pribadinya.
2. Identifity suatu keterampilan
sosial tertentu yang akan
menjadi fokus dari pelatihan.
3.
Berikan penkes kepada keluarga
untuk melatih klien supaya keterampilan sosialnya semakin berkembang.
|
|
3.
|
Isolasi social b.d Keterlambatan dalam
menyelesaikan tugas perkembangan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka isolasi sosial belum
teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Belum bisa berkomunikasi dengan orang lain.
2.
Belum bisa beradaptasi dengan lingkungan
|
1.
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, berdasarkan
tingkat fungsi fisik,kognitif dan
perilaku.
2.
Ciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien.
3.
Batasi
pengunjung yang ingin bertemu dengan pasien.
|
|
IMPLEMENTASI
Nama
Klien : An. A
|
No. RM : 11130032
|
Umur : 6 Tahun
|
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
|
Bangsal : Melati
|
Dx. Medis : Retardasi Mental
|
Hari
ke 1
NO
|
TANGGAL
|
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
TTD
|
1.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi berbagai peran
dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat dengan
keluarganya.
3.
Membantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif
untuk perubahan peran.
S :
O : Klien
terlihat sedikit ada perubahan.
|
S
: Keluarga mengatakan belum ada perubahan yang signifikan pada anaknya.
O
: Klien terlihat lambat untuk menyesuaikan diri.
A
: tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dilanjutkan.
|
Nurse
|
2.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan masalah pribadinya.
S :
O : Klien
terlihat belum bisa mengungkapkan masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan sosial
tertentu yang akan menjadi fokus dari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak memiliki keterampilan yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada keluarga untuk melatih klien supaya
keterampilan sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak belum berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes yang diberikan oleh
perawat.
|
S
: Keluarga mengatakan anaknya belum bisa berinteraksi dengan lingkungannya.
O
: Klien terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
A
: Tujuan belum tercapai.
Intervensi
dilanjutkan.
|
Nurse
|
3.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan pasien, berdasarkan tingkat fungsi fisik,kognitif dan perilaku.
S :
O : Klien
terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Menciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien.
S :
O : Klien
terlihat tidak memiliki pengaruh terhadap lingkungan rumah sakit.
3.
Membatasi
pengunjung yang ingin bertemu dengan pasien.
S :
O : Klien
terlihat nyaman.
|
S
: Keluarga mengatakan klien belum ada perubahan.
O
: Klien terlihat belum berubah.
A
: Tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
Nurse
|
Hari
ke 2
NO
|
TANGGAL
|
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
TTD
|
1.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi berbagai peran
dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat dengan
keluarganya.
3.
Membantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif
untuk perubahan peran.
S :
O : Klien
terlihat sedikit ada perubahan.
|
S
: Keluarga mengatakan belum ada perubahan yang signifikan pada anaknya.
O
: Klien terlihat lambat untuk menyesuaikan diri.
A
: tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dilanjutkan.
|
Nurse
|
2.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan masalah pribadinya.
S :
O : Klien
terlihat belum bisa mengungkapkan masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan sosial
tertentu yang akan menjadi fokus dari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak memiliki keterampilan yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada keluarga untuk melatih klien supaya
keterampilan sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak belum berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes yang diberikan oleh
perawat.
|
S
: Keluarga mengatakan anaknya belum bisa berinteraksi dengan lingkungannya.
O
: Klien terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
A
: Tujuan belum tercapai.
Intervensi
dilanjutkan.
|
Nurse
|
3.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan pasien, berdasarkan tingkat fungsi fisik,kognitif dan perilaku.
S :
O : Klien
terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Menciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien.
S :
O : Klien
terlihat tidak memiliki pengaruh terhadap lingkungan rumah sakit.
3.
Membatasi
pengunjung yang ingin bertemu dengan pasien.
S :
O : Klien
terlihat nyaman.
|
S
: Keluarga mengatakan klien belum ada perubahan.
O
: Klien terlihat belum berubah.
A
: Tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
Nurse
|
Hari
ke 3
NO
|
TANGGAL
|
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
TTD
|
1.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi berbagai peran
dalam kehidupan.
S :
O : Klien terlihat mulai
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.
Membantu
pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dalam keluarga.
S :
O : Klien terlihat dekat dengan
keluarganya.
3.
Membantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif
untuk perubahan peran.
S :
O : Klien
terlihat sedikit ada perubahan.
|
S
: Keluarga mengatakan belum ada perubahan yang signifikan pada anaknya.
O
: Klien terlihat lambat untuk menyesuaikan diri.
A
: tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dilanjutkan.
|
Nurse
|
2.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan masalah pribadinya.
S :
O : Klien terlihat
belum bisa mengungkapkan masalah pribadinya.
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan sosial
tertentu yang akan menjadi fokus dari pelatihan.
S :
O : Klien terlihat tidak memiliki keterampilan yang banyak.
3. Memberikan penkes kepada keluarga untuk melatih klien supaya
keterampilan sosialnya semakin berkembang.
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak belum berkembang.
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes yang diberikan oleh
perawat.
|
S
: Keluarga mengatakan anaknya belum bisa berinteraksi dengan lingkungannya.
O
: Klien terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
A
: Tujuan belum tercapai.
Intervensi
dilanjutkan.
|
Nurse
|
3.
|
20-11-2012
|
08.00
|
1.
Mengidentifikasi kebutuhan
keamanan pasien, berdasarkan tingkat fungsi fisik,kognitif dan perilaku.
S :
O : Klien
terlihat belum bisa berinteraksi dengan lingkungan.
2.
Menciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien.
S :
O : Klien
terlihat tidak memiliki pengaruh terhadap lingkungan rumah sakit.
3.
Membatasi pengunjung
yang ingin bertemu dengan pasien.
S :
O : Klien
terlihat nyaman.
|
S
: Keluarga mengatakan klien belum ada perubahan.
O
: Klien terlihat belum berubah.
A
: Tujuan belum tercapai.
P
: Intervensi dihentikan.
|
Nurse
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Retardasi mental adalah
kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan
fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah
usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial
(D.S.M/Budiman M, 1991).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak A 6 tahun
dibawa oleh ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2012 dengan gangguan pada
saraf. Setelh dilakukan pemeriksaan
medis anak A mengalami retardasi mental.
Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf
dilakukan oleh perawat dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
langsung kepada klien. Selain itu
perawat mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat di
ruangan dan dokter.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi
disesuaikan dengan kondisi klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian
klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya
antara klien,keluarga dan perawat sehingga mempermudah perawat dalam mengkaji pasien dan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Hal ini dibuktikan
dengan klien mau menjawab pertanyaan dari perawat walaupun
responnya lambat dan jawabannya menyimpang dari pertanyaan. Selain itu keluarga juga mau menerima saran yang diberikan. Dari
hasil pengkajian TTV: TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit, S : 36,5 o
C, N : 110x/menit
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda
dan gejala yang ada pada klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.
Dari data yang
terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang dihadapi
oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau
masalah keperawatan.
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II, pada klien dengan retardasi
mental di dapatkan 3 diagnosa yang
diangkat, meliputi :
4. Gangguan
penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
5. Hambatan
interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
6. Isolasi
social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan.
Setelah diagnosa atau masalah
keperawatan ditegakan selanjutnya dilakukan pembuatan rencana tindakan dan
kriteria hasil untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada pada klien.
C.
Perencanaan
Perencanaan
dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul, dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang
disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah masalah ditentukan berdasarkan
prioritas, tujuan pelayanan keperawatan ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan
dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan
realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil sebagai alat ukur
pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada rencana
keperawatan.
D.
Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan pada anak
A dengan
menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu –
ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan
tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan
tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis
dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat
ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai
masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah
sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat
terbatas.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam
proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum
tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan
dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi
adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan
mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan
serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap
evaluasi yang perawat lakukan pada anak A adalah melihat apakah masalah yang
telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Retardasi
mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
B.
Saran
1. Bagi
Mahasiswa
Diharapkan
agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam keperawatan
anak salah satunya pada retardasi mental dan juga meningkatkan kemampuan dalam
membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi
Perawat
Diharapkan
bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan
keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang
optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi mental dan perawat mampu
menjadi edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.
DAFTAR
PUSTAKA
Mooihead,soe
dkk. 2004. Nursing Outcomes
Classification (NOC) edisi 4. Mas By Eiseuiere: LISA.
McCloskey,
Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions
Classification (NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.
Rosdiana.
Kamus Keperawatan
Sumarwati,
made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. EGC:
Buku Kedokteran.
Newman,
Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
Mas donny,referensi di atas buku pribadi kah?
ReplyDeleteterima kasih mas... membantu saya dalam menulis ttg anak tunagrahita.
ReplyDelete