LATIHAN
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN MAHASISWA NASIONAL ILMIKI
Semarang
2 – 6
Oktober 2012
“CITRA PERAWAT DI MEDIA MASSA”
Disusun
Oleh :
Donny
Nurhamsyah
11130032
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyusun Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi prasyarat untuk mengikuti LKMM nasional ILMIKI.
Saya menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Yogyakarta,
September 2012
Penulis
CITRA
PERAWAT DI MEDIA MASSA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media
massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai
digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas.
Masyarakat
dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap
media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi
karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih
tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk
bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi
yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Media
massa juga merupakan penyebar berita yang sangat cepat. Dalam sehari saja
kejadian yang terjadi sudah mampu dimuat di media massa. Tidak hanya kejadian
yang baik saja, tetapi kejadian yang negative pun sangat mudah sekali untuk
termuat di media massa.
Perkembangan
dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka pengetahuan masyarakat mengenai
dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat
yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan dan mengkritisi berbagai
aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang
semakin meningkat, berpengaruh terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan
mutu pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu,
citra seorang perawat kian menjadi sorotan. Hal ini tentu saja merupakan
tantangan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme selama
memberikan pelayanan yang berkualitas agar citra perawat senantiasa baik di
mata masyarakat.
Menjadi
seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk membangun
citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan
masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong,
tidak ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah
kira-kira citra perawat di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi
melalui sinetron-sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti
yang banyak digambarkan masyarakat memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu
keharusan bagi semua perawat, terutama seorang perawat profesional. Seorang
perawat profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang
senantiasa menjadi role model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang
lebih tinggi sehingga ia lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi.
Namun, hal itu belum menjadi jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat
yang ideal karena begitu banyak aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat
ideal di mata masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Pengertian media massa
2.
Pengertian perawat
3.
Peran perawat di masyarakat
4.
Pandangan masyarakat terhadap perawat
5.
Citra perawat di media massa
C.
Tujuan
1.
Mahasiswa mengerti bagaimana citra
perawat di media massa
2.
Mahasiswa dan pembaca memahami bahwa
pentingnya perawat di masyarakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Media Massa
Media massa atau Pers
adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas.
Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang
Pers
Pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
Menurut Raden Mas Djokomono
Menurut Bapak Pers Nasional, pers
adalah yang membentuk pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar.
Pendapatnya ini yang mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan
hak hak Bangsa Indonesia masa penjajahan Belanda.
B.
Pengertian Perawat
Pengertian perawat dapat kita lihat dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik
di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Jadi dari pengertian perawat tersebut dapat
artikan bahwa seorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai
tanggungjawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan
bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun didalam
negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar.
Dengan kata lain orang disebut perawat bukan dari keahlian turun temurun,
malainkan dengan memalui jenjang pendidikan perawat.
Pengertian Keperawatan
Menurut hasil Lokarya Keperawatan
Nasional Tahun 1983 yang disebut dengan keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh siklus hidup manusia.
C.
Peran Perawat Di Masyarakat
Peran
perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang laen terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Peran sebagai Pemberi
Asuhan Keperawatan
Peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian
dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran Sebagai Advokat
Klien
Peran ini
dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi
hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Edukator
Peran ini
dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4.
Peran Koordinator
Peran ini
dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat
terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Peran Kolaborator
Peran
perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran Konsultan
Peran di
sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
7. Peran pembaharu
Peran
sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
8. Peran Sebagai Penemu Kasus
Perawat
berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran
terjadinya penyakit.
9. Peran Sebagai Panutan (
Role Mode )
-
Perawat menunjukan perilakunya sehari-hari di contoh oleh orang lain.
-
Misalnya : mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat ( mengkonsumsi makanan
bergizi, menjaga berat badan, olahraga teratur, tidak merokok, menyediakan
waktu untuk istirahat dan relaks setiap hari, komunikasi efektif ).
D.
Pandangan
Masyarakat Terhadap Perawat
Selama ini
profesi perawat memiliki persepsi berbeda dikalangan masyarakat. Banyak
masyarakat sekarang ini menganggap bahwa perawat hanyalah sekedar pembantu
dokter,yang tanpa dokter perawat tidak dapat melakukan tugasnya dengan
sempurna, anggapan ini telah menjadi penilaian utama terhadap profesi seorang
perawat. Akibatnya banyak masyarakat yang menganggap bahwa profesi seorang
perawat itu rendah.
Khususnya
di Indonesia pandangan terhadap profesi perawat masih belum mendapat anggapan
positif , anggapan masyarakat masih keliru tentang profesi seorang perawat. Di
mata sebagian masyarakat perawat masih sering dinilai tidak memiliki ilmu dan
tidak mandiri. Mungkin karena tingkat pendidikan seorang perawat yang
kebanyakan hanya sampai akademi atau dengan kata lain hanya sampai D3 saja.
Dengan begitu ilmu mereka kurang dan derajat mereka dengan rekan kerja pun
lebih rendah. Maka dari itu profesi seorang perawat pun disepelekan. Anggapan
ini masih belum bisa di hapus dari benak masyarakat ketika melihat pekerjaan
seorang perawat di rumah sakit.
Selain itu
penilaian semacam ini dapat disebabkan oleh ketidak tahuan masyarakat akan
tugas seorang perawat. Tugas perawat yang langsung bersentuhan dengan pasien
memengaruhi gambaran perawat secara keseluruhan. Segala kebutuhan pasien di
rumah sakit dengan tingkat ketergantungan yang tinggi sangat membutuhkan
bantuan perawat . Masyarakat sering melihat profesi perawat dalam kehidupan
pasien sehari - hari, seperti ketika pasien mau makan, minum, mandi, buang air
besar maupun kecil. Melihat tugas keseharian perawat seperti inilah yang
membentuk pandangan masyarakat akan tugas seorang perawat tidak lebih dari
seorang pembantu. Jika dikaji lebih dalam sebenarnya tanggung jawab seorang
perawat itu sangat besar, di balik tugasnya yang harus memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat seorang perawat juga berperan dalam kesembuhan pasien.
Bila perawat yang menangani pasien tidak profesianal maka pemenuhan kebutuhan
kesehatan pasien pun akan terganggu. Obat yang bagus dan dokter yang hebat pun
akan tidak berpengaruh jika perawatnya salah. Jadi peran perawat sangat besar
dalam proses penyembuhan seorang pasien. Tanpa kita sadari, perawat sebenernya
mengemban tugas yang berat. Mereka harus bisa menjadi seperti seorang dokter,
apoteker, psikiater, psikolog bahkan teman yang dapat menjadi tempat curhat
bagi pasien. Hal itu karena perawat memang harus memeriksa atau mendiagnosa,
menyarankan obat, menjadi tempat curhat, memberi nasehat pada pasien, menemani
pasien, bahkan hingga menjadi tempat pelampiasan pasien yang marah. Seorang
perawat sering menjadi tempat pelampiasan kemarahyan pasien, hal ini bisa
terjadi ketika seorang pasien mengalami gangguan kejiwaan atau ketika pasien
didiagnosa oleh seorang dokter mengidap penyakit tertentu, tentu pasien shock
ketika mendengar berita tersebut. Dalam situasi seperti ini peran perawat
sangat dibutuhkan terlebih-lebih untuk penenangan jiwa pasien.
E.
Citra
Perawat Di Media Massa
Perawat
digambarkan masih sebatas pembantu dokter, yang berdiri di samping dokter
ketika melakukan pemeriksaan kepada pasien.
Citra perawat masih sangat
jauh dari harapan insan perawat itu sendiri.
Dimata sebagian masyarakat perawat dinilai sebagai orang yang tidak
memiliki ilmu dan tidak mandiri.
Belum lama ini
terjadi kasus misran, seorang perawat yang dituntut karena memberikan obat
keras kepada masyarakat.
Dengan terbitnya
berita tersebut di media massa, sudah sangat merusak sekali citra perawat baik
di media atau di masyarakat.
Masyarakat sudah
sulit untuk percaya kepada seorang perawat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa citra perawat dimasyarakat Indonesia masih
sangat dipandang negative. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa keperawatan
seharusnya menghilangkan pandangan itu dengan cara segera mendesak pemerintah untuk
mengesahkan RUUK, agar semua yang dilakukan oleh perawat dapat tertulis dengan
jelas, sehingga masyarakat bias percaya sepenuhnya dengan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment