donnynurhamsyah.blogspot.com
Universitas Respati Yogyakarta
ASUHAN
KEPERAWATAN
BUDAYA
TRANSKULTURAL PADA ANAK
DISUSUN
OLEH :
Donny
Nurhamsyah (11130032)
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI S-1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
menyusun asuhan keperawatan yang berdasarkan budaya transkultural.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, Juni 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
Bab I Pendahuluan........................................................................................
A.
Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan
..................................................................................................
Bab
II Tinjauan Teori.....................................................................................
A.
Definisi Budaya....................................................................................
B.
Karakteristik Budaya ...........................................................................
C.
Perilaku budaya Kesehatan...................................................................
D.
Definisi Keperawatan transkultural ........................................................
E.
Konsep Utama Budaya Transkultural ..................................................
F. Konsep
Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat ..............................
Bab
III Asuhan Keperawatan........................................................................
Bab
IV Pembahasan......................................................................................
Bab
V Penutup .............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................................
(DAFTAR ISI MENYESUAIKAN)
(DAFTAR ISI MENYESUAIKAN)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan transkultural
merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang berfokus pada study
komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda di dunia
yang menghargai perilaku caring, layanan
keperawatan, niai-nilai, keyakinan tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah
laku yang bertujuan mengembangkan body
of knowladge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat
praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey,
1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran
keperawatan dalam memahami budaya klien
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai
budaya klien, baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat
mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif
dengan kelompok budaya tertentu (klien) sedangkan culture imposition adalah
kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-diam mauoun
terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pda individu, keluarga, atau kelompok dari
budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada
budaya kelompok lain.
Teory keperawatan transkultural
matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise modelmatahari
terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat
terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview)
tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial yang, bersyarat dalam
lingkungan yang sempit.
Dimensi budaya dan struktur sosial tersebut
menurut Leininger di pengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama
dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan,
Peran perawatan pada transcultural nursing
teory ini adalah menjebatani antara sistem perawatan yang
dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh leininger.oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada
klien harus tetap memperhatikan tiga perinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1. culture care
preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau
memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkan
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
2. Culture care
accommodation/negatiation,yaitu prisip membantu,memfasilitasi,
ataumemperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara-cara untuk
beradaptasi,atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya
hidup individu atau klien.
3. culture care repatterning/restructuring,yaitu
:prinsip merekonstruksiatau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi
kesehatan dan pola hidup klien kearah lebih baik.
B.
TUJUAN
B. 1 Tujuan
Umum
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi
dan evaluasi berdasarkan teori transkultural.
B. 2 Tujuan
Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian berdasarkan
cultural nursing yang meliputi :
1)
Mahasiswa
mengetahui faktor tekhnologi
2)
Mahasiswa dapat
mengetahui faktor agama dan fisiologi
3)
Mahasiswa dapat
mengetahui social dan ikatan kekerabatan
4)
Mahasiswa dapat
mengetahui nilai budaya dan gaya hidup
5)
Mahasiswa dapat
mengetahui faktor kebijakan dan hukum
6)
Mahasiswa dapat
mengetahui faktor ekonomi
7)
Mahasiswa dapat
mengetahui faktor pendidikan
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
DEFINISI
BUDAYA
Budaya
bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya misalnya, kebudayaan
dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat,
perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencangkup
barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olah raga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan nonmaterial adalah
ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.
Perilaku
dari berbagai kelompok masyarakat dunia berbeda-beda, perilaku tersebut akan
membentuk budaya tertentu. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam
kehidupan berbeda-beda bergantung pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat
tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu memiliki budaya baik disadari
maupun tidak disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan. Istilah budaya
pertama kali didefinisikan
oleh antropolog Inggris Tylor tahun 1871 bahwa budaya yaitu semua yang termasuk
dalam pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kebiasaan lain
yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. ( Brunner dan Suddart, 2001
). Sedangkan petter (1993) mendefinisikan budaya sebagai nilai-nilai, kebudayaan
sikap dan adat yang terbagi dalam suatu kelompok dan berlanjut dari generasi ke
generasi berikutnya. Budaya akan dipakai oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan nyaman dari wktu ke waktu tanpa memikirkan rasionalisasinya. The
American Herritage Dictionary mengertikan kebudayaan adalah sebagai suatu
keseluruhan dari pola prilaku yang dikirimkan melalui kerja dan pemikiran
manusia dari suatu kelompok manusia.
Banyak
ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan ini dengan berbagai
argumen, tetapi intinya adalah sama, koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa
kebudayaan berasal dari bahasa sangsengkerta buddayah yeng berarti budi atau
akal, bisa juga daya dari budi, sedangkan kebudayaanadalah hasil cipta, rasa
dan karsa. Kessing (1992) mengadopsi berbagai pengertian kebudayaan dari para
ahli yang kemudian dapat disimpulkan bahwa budaya adalah suatu yang mengandung
unsur pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, prilaku yang merupakan kebiasaan
yang diwariskan. Budayaan atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan disebut culture, yang berasal dari kata
latin Colere, yaitu mengolah atau menegrjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur”
dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan
juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta secara historis baik
eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu
sebagai pedoman yang potensial untuk prilaku manusia (kluckhohn dan kelly,
dalam kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon masyarat terhadap berbagai
peristiwa kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini berbeda-beda pada berbagai
kelompok di masyarakat. Andrews dan Boyle (2003) mendefinisikan budaya dari
Leininger (1978) bahwa budaya adalah pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan
dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi
acuan bagi kelompok tertentu dalam berpikir dan bertindak dengan cara yang
terpola. Purwasito (2003) menjelaskan bahwa kata budaya diambil dari bahasa
sansekerta buddayah yang berarti akal budi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata
budaya bersinonimdengan kata ‘cuture’. Kata culture berasal dari bahasa latin
‘cultura’. Kata kultur atau kebudayaan adalah hasil kegiatan intelektual
manusia, suatu konsep mencangkup berbagai komponen yang digunakan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehari-hari. Pendapat ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Oliver (1981) yang juga memberikan
penekanan bahwa budaya merupakan sekumpulan ide yang digunakan manusia untuk
menjawab permasalahan hidup yang mendasar.
Zanden
(1990) menjelaskan bahwa istilah kultur mengacu pada warisan sosial masyarakat
yang mempelajari pola berpikir, merasa, dan bertindak yang ditularkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya termasuk penggunaan pola-pola tersebut dalam
sesuatu yang bersifat materi. Sementara itu samovar dan poter (1995) mengutip
pernyataan Adamsom dan Frost yang mengatakan bahwa kultur merupakan pola
tingkah laku yang dipelajari yang merupakan satu kesatuan system yang bukan
hasil dari keturunan. Dari semua definisi diatas jelaslah bahwa kultur atau
memiliki karakteristik sendiri. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B.
KARAKTERISTIK
BUDAYA
Dincker
(1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan
empat ciri esensial budaya yaitu : pertama, budaya dipelajari dan dipindahkan,
orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir. Kedua, budaya berbagi
bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar
maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas
budayanya.
Ketiga,
budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada
sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya. Adaptasi
budaya pada negara maju diadopsi sesuai dengan tehnologi yang tinggi. Keempat,
budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi
kebutuhan kelompoknya, misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya.
Penelitian batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan suku Sunda dengan
merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Menurut
Samovar dan Porter (1995) ada 6 karakteristik budaya :
1. Budaya
itu bukan keturunan tapi dipelajari, jika seorang anak lahir di Amerika dan
hidup di Amerika dari orangtua yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah
secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan bahasa Indonesia tanpa ada
proses pembelajaran oleh orangtuanya.
2. Budaya
itu ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, kita mengetahui
banyak hal tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya kerena generasi
sebelum kita mengejarkan kita banyak hal tersebut. Suatu contoh upacra
penguburan placenta pada masyarakat jawa, masyarakat tersebut tidak belajar
secara formal tetapi mengikuti prilaku nenek moyangnya.
3. Budaya
itu berdasarkan simbol, untuk bisa memepelajari budaya orang memerlukan simbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi
sehingga memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikkan budaya
adalah kalung pada suku dayak, manik-manik, gelang yang semua itu menandakan
simbol pada budaya tertentu.
4. Budaya
itu hal yang bisa berubah, karena budaya merupakan sistem yang dinamis dan
adaftif maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok
masyarakat merayakan kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman
modern tradisi tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya
itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan dapat memepengaruhi prilaku
seseorang yang tinggal dilingkungan tersebut.
6. Budaya
itu etnosentris, adanya anggapan bahwa buadaya kitalah yang paling baik
diantara budaya-buadaya yang lain. Suku badui akan merasa budaya Badui yang
benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain dianggap aneh, hal ini
terjadi pada kelompok suku yang lain.
Meskipun tiap kelompok
memiliki pola yang dapat dilihat yang membantu membedakannya dengan kelompok
lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan keyakinan atau sifat yang
tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat tradisional dalam
satu aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka kadang menjadi lebih tradisional dalam
harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi signifikan dengan dan
antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika memberikan
sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya belajar tentang individu atau keluarga
yang dihadapi sehingga tenaga medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok
bermakna (Leininger 2000).
C.
PERILAKU
BUDAYA KESEHATAN
Adat
kebiasaan yang dikembangkan di suatu negara atau daerah, suku atau sekelompok
masyarakat merupakan praktek hidup budaya, Amerika, Australia, dan negara
lainnya termasuk Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan
daerah dimana tiap suku atau daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang
berbeda-beda dalam menangani masalah kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku
manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan penyakit yang terkait
dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi kematian,
menurut Crist (1961) yang ditulis oleh Koentjaraningrat (1990), dari hasil
studi komaratifnya. Menyimpulkan bahwa ada perbedaan sikap manusia dengan
berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam menghadapi maut.
Menurut
Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system pengobatan di mana
berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir berdampingan termasuk humoral
medicine dan elemen magis. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau kelompok masyarakat tersebut akan
mempunyai norma, perilaku, adat istiadat yang berbeda-beda termasuk dalam
mencari penyembuhan yang terkait dengan perilaku budaya. Menurut Bendel (2003)
dalam masyarakat Indonesia terdapat kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib.
D.
DEFINISI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Keperawatan transkultural merupakan istilah yang
sering digunakan dalam cross-cultural atau lintas budaya, intercultural atau
antar budaya, dan multikultural atau banyak budaya (Andrews,1999). Leininger
merupakan ahli antropologi keperawatan sejak pertengahan lima puluhan yang
merencanakan bahwa transkultural nursing merupaer mendefinisikan “transkultural
Nursing"kan area formal yang harus diaplikasikan dalam praktik keperawatan
(leininger,1999;McFarland,2002).
Leininger
mendefinisikan”transkultural Nursing” sebagai area yang luas dalam keperawatan
yang mana berfokus pada komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan
subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care dan nilai
sehat-sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu
dan humanistic body of knowledge untuk
kultur yang spesifik dan kultur yang universasl dalam keperawatan (Andrews and
Boyle,1997: Leininger dan McFarland,2002). Tujuan dari transkultural dalam
keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain
itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis
sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal
(leininger,1978).
E.
KONSEP UTAMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
Leininger
(2002), beberapa asumsi yang mendasari konsep transkultural berasal dari hasil
penelitian kualitatif tentang kultur, yang kemudian teori ini dipakai sebagai
pedoman untuk mencari culture care yang akan diaplikasikan.
1) Human
caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.
2) Caring act dikatakan sebagai tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku
caring semestinya diberikan pada manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa
pertumbuhan , masa pertahanan sampai dikala meninggal.
3) Caring
adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat
berinteraksi dengan klien, staff dan kelompok lain.
4) Identifikasi
universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional, kepercayaan
dan praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology sebagai
dasar dari ilmu keperawatan.
5) Culture
adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan
norma dan praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi tuntunan
dalam berfikir, mengambil keputusan, bertindak dan berbahasa.
6) Cultural
care berkenaan dengan kemampuan kognitif
untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing,
mendukung atau memberi kesempatan
individu lain atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, meningkatkan
kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.
7) Nilai
kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan yang
diinginkan untuk bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana
biasanya bertahan dengan kultur pada periode tertentu.
8) Perbedaan
kulturdalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau simbol
dari perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan
kehidupan atau untuk kematian.
9) Culture care
universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari pemahaman
terhadap pola, nilai
atau simbol dari perawatanyang mana kiltur mempengaruhi kesehatan atau
memperbaiki kondisi manusia.
10) Etnosentris
adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan prakteknya
lebih tinggi untuk kultur yang lain.
11) Cultural
imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka percaya bahwa
ide mereka lebih tinggi dari pada kelompok lain.
F. KONSEP
SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain
itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyebabnya
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan, kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh. Masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian, yaitu karena pengaruh gejala
alam seperti panas atau dingin terhadap tubuh manusia, makanan yang
diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin, supranatural seperti roh,
guna-guna, setan.
Berikut adalah contoh konsep sehat sakit menurut masing-masing daerah,
contohnya konsep sakit menurut budaya NTT, dikatakan sakit apabila masyarakat
sekitar merasakan pusing dan tidak mampu menjalankan aktifitas. Begitu pula di
daerah jawa, dikatakan sakit apabila masyarakat sekitar tidak mampu melakukan
aktifitas seperti biasanya, sedangkan dikatakan sehat apabila masyarakat
sekitar mampu berjalan, berfikir, dan dapat menjalankan aktifitas sehari-hari
tanpa ada hambatan atau kendala.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
KASUS
An. A 8
tahun, suku Padang, Beragama islam diantarkan orangtuanya ke Rumah Sakit
Harapan Kita dengan keluhan nyeri pada tulang keringnya. Bp. A mengatakan
nyerinya timbul akibat An. A memanjat pohon yang dikeramatkan di desanya,
kemudian menurut kepercayaan orang sekitar An. A terjatuh akibat didorong oleh
penunggu pohon keramat tersebut. Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat
anaknya Jatuh langsung dibawa kedukun, lalu An.
A dipijit menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa. Bp. A
mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan telur.
An. A juga tampak lemah dan lesu ,pada saat diberikan Penkes Bp. A masih
terlihat kebingungan.
A. PENGKAJIAN
1.
Nama perawat : Donny
Tgl
pengkajian : 1 Mei 2012
Jam pengkajian : 10.00 WIB
2.
Identitas pasien
Nama pasien :
An. A
Usia : 8 Tahun
Agama : Islam
Jenis
kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Samudera 37
Padang Sumbar
Suku : Minangkabau
Bangsa : Indonesia
Tgl masuk
RS : 1 Mei 2012
Jam masuk
RS : 07.00 WIB
No rekam
medis : 11130032
3.
Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Jenis
kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Status
pernikahan : Menikah
Hubungan
dengan klien : Ayah
Alamat : Jl. Samudera 37
Padang Sumbar
Suku : Minangkabau
Bangsa : Indonesia
4.
Data Biokultural
Beberapa
komponen yang spesifik pada pengkajian transkultural.
a.
Faktor
Tekhnologi
Klien biasanya bepergian dengan jalan kaki, bahasa yang digunakan klien
untuk berkomunikasi adalah bahasa minangkabau. Klien dan keluarga biasanya
menggunakan angkot untuk mengantarkan klien ke fasilitas kesehatan, sarana yang
digunakan untuk hiburan keluarga biasanya dengan cara nonton tv bersama.
Persepsi klien tentang penggunaaan dan pemanfaatan tekhnologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini adalah keluarga jarang memeriksakan kondisi
klien ke dokter maupun rumah sakit, biasanya keluarga klien cukup datang ke
dukun atau tabib, selain itu juga sering menggunakan obat-obatan tradisional
untuk menyembuhkan segala penyakit.
b.
Faktor Agama dan
Filosofi
Agama yang dianut klien yaitu islam, keyakinan agama yang dianut klien
tidak bertentangan dengan kesehatan, klien dan keluarga klien mempunyai
pandangan bahwa sakit yang diderita menurut ajaran agamanya adalah suatu
gangguan dari makhluk gaib, biasanya untuk mengurangi sakit yang diderita,
klien dan keluarga klien pergi ke dukun dan meminta doa-doa agar penyakit yang
diderita bisa berkurang.
c.
Faktor Sosial
dan Ikatan Kekerabatan
Bp. A mengatakan keadaan anaknya sangat parah karena tulang pada bagian
tulang keringnya retak. Klien adalah anak dari pasangan Bp. A dan Ny. A, klien
adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien tinggal satu rumah dengan
keluarganya.
d.
Faktor Nilai
Budaya dan Gaya Hidup
Suku klien adalah minangkabau, konsep sakit menurut kepercayaan suku
klien adalah sakit jika tidak mampu untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Dikatakan sehat apabila mampu menjalankan aktifitas sehari-hari. Klien tidur
malam selama 9 jam, dan jarang tidur siang, klien tidur dan bangun tidak sesuai
dengan jadwal. Keluarga percaya pada kekuatan supernatural, klien dan keluarga
juga sangat percaya bahwa kekuatan dukun sangat ampuh. Selain itu keluarga juga
menggunakan obat tradisional seperti batang sereh yang dibakar, air kelapa yang
dibakar dicampur dengan garam lalu diminum, serta air jeruk nipis dicampur
kecap lalu diminum.
e.
Faktor Kebijakan
dan Hukum
Klien tidak mengikuti partai politik apapun. Pandangan politik bagi
klien adalah politik dan hukum merupakan satu kesatuan.
f.
Faktor Ekonomi
Bp. A seseorang yang berprofesi sebagai kuli bangunan. Penghasilan
tambahan didapatkan dari ibu A yang berjualan gorengan. Untuk kebutuhan hidup
sehari-hari keluarga Bp. A mencukupi. Keluarga A tidak memiliki kelebihan
penghasilan untuk ditabungkan. Sumber pembiayaan klien berhasal dari hasil
kerja Bp. A sebagai kuli bangunan dan ibu A sebagai penjual gorengan. Keluarga
klien juga tidak mengikuti program asuransi kesehatan.
g.
Faktor
Pendidikan
Klien pada saat ini masih duduk di
sekolah dasar. Klien tidak memahami apa arti sehat dan apa arti sakit yang
sesungguhnya.
ANALISA
DATA
Nama klien : An. A No.
Register : 11130032
Umur : 8 Tahun Diagnosa
Medis :
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jl.
Samudera, 37
TGL / JAM
|
DATA FOKUS
|
ETIOLOGI
|
PROBLEM
|
07/04/2012
09.00 WIB
|
DS :
1.
Bp. A
mengatakan An. A dilarang mengkonsumsi makanan seperti ikan, daging, dan
telur.
DO
:
1.
An. A
juga tampak lemah dan lesu
|
Kepercayaan
tentang nilai budaya terhadap makanan
|
Ganguan Nutrisi
|
07/04/2012
09.00 WIB
|
DS :
1.
Menurut cerita yang dikatakan Bp.A saat anaknya Jatuh
langsung dibawa kedukun, lalu An. A dipijit
menggunakan batang sereh yang dibakar dengan bacaan doa-doa
DO :
1.
Pada saat diberikan Penkes Bp. A masih terlihat kebingungan
|
Kepercayaan
tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan.
|
Kurang pengetahuan
|
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
Nutrisi b.d kepercayaan tentang budaya terhadap makanan.
2. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi
kesehatan.
INTERVENSI
Nama klien : An. A No.
Register : 11130032
Umur : 8 Tahun Diagnosa
Medis :
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jl.
Samudera, 37
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Nama & TTD
|
1
|
Gangguan Nutrisi b.d kepercayaan
tentang budaya terhadap makanan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan criteria hasil :
1. Klien tidak terlihat lemah dan lesu
2. Klien dan keluarga menerima penjelasan dari perawat tentang
kebutuhan nutrisi
3. Klien dan keluarga menerima restrukturisasi mengenai
nutrisi
|
1.
Observasi
kebutuhan nutrisi klien
2.
Tinjau
kecukupan nutrisi klien
3.
Identifikasi
Acupan nutrisi
|
Donny |
2
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi kesehatan.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka mobilitas fisik
teratasi, dengan criteria hasil :
1.
Klien dan
keluarga mengerti tentang pentingnya nutrisi
2.
Klien dan
keluarga menerima restrukturisasi mengenai nutrisi
3.
Klien
menerima tindakan dengan prinsip cultural care accommodation
|
1.
Monitor
perkembangan pengetahuan klien dan keluarga tentang penkes yang diberikan
2.
Motivasi
klien dan keluarga untuk mempertahankan status kesehatan
3.
Ubah
budaya yang merugikan klien dan keluarga
|
Donny
|
IMPLEMENTASI
Nama klien : An. A No. Register : 100568910
Umur : 8 Tahun Diagnosa Medis :
Ruang
Rawat : Melati Alamat :
Jl. Samudera ,37
No.
dx
|
Tgl/Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama
& TTD
|
dx
1
|
07/04/2012
09.00
WIB
09.30
WIB
09.35
WIB
|
1. Mengobservasi kebutuhan
nutrisi klien
2. Meninjau kecukupan
nutrisi klien
3.
Mengidentifikasi
Acupan nutrisi
|
Pukul 14.00
WIB,
Tanggal 07/04/2012
S :
Klien
mengatakan nafsu makan bertambah
O :
1.
Klien
masih tampak lemah dan lesu
A : tujuan
belum tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1.
Observasi
kebutuhan nutrisi klien
2.
Tinjau
kecukupan nutrisi klien
3.
Identifikasi
Acupan nutrisi
|
Donny
|
dx 2
|
07/04/2012
09.40
WIB
09.56
WIB
10.00
WIB
|
1.
Monitor
perkembangan pengetahuan klien dan keluarga tentang penkes yang diberikan
2.
Motivasi
klien dan keluarga untuk mempertahankan status kesehatan
3.
Ubah
budaya yang merugikan klien dan keluarga
|
Pukul 14.00
WIB,
Tanggal 07/04/2012
S :
Klien
mengatakan sudah mengerti kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
O :
Klien terlihat
tidak bingung dengan penkes yang diberikan
A : tujuan
tercapai.
P : Hentikan Intervensi
|
Donny
|
No.
dx
|
Tgl/Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama
& TTD
|
dx
1
|
08/04/2012
09.00
WIB
09.30
WIB
09.35
WIB
|
1. Mengobservasi kebutuhan
nutrisi klien
2. Meninjau kecukupan
nutrisi klien
3.
Mengidentifikasi
Acupan nutrisi
|
Pukul 14.00
WIB,
Tanggal 08/04/2012
S :
Klien
mengatakan nafsu makan bertambah
O :
1. Klien
masih tampak lemah dan lesu
A : tujuan
belum tercapai.
P : lanjutkan
intervensi :
1. Observasi
kebutuhan nutrisi klien
2. Tinjau
kecukupan nutrisi klien
3.
Identifikasi
Acupan nutrisi
|
Donny
|
No.
dx
|
Tgl/Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Nama
& TTD
|
dx
1
|
09/04/2012
09.00
WIB
09.30
WIB
09.35
WIB
|
4. Mengobservasi kebutuhan
nutrisi klien
5. Meninjau kecukupan
nutrisi klien
6.
Mengidentifikasi
Acupan nutrisi
|
Pukul 14.00
WIB,
Tanggal 09/04/2012
S :
Klien
mengatakan nafsu makan bertambah
O :
Klien sudah
tidak tampak lemah dan lesu
A : tujuan tercapai
P : Hentikan intervensi
|
Donny
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada
bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An. A. Adapun ruang lingkup
dari pembahasan ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan
(implementasi) dan evaluasi.
A. Pengkajian
Proses
pengkajian yang dilakukan pada An. A dengan dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik langsung ke An. A, selain itu penulis
mendapatkan keterangan dari Bp. A maupun dari keluarga An. A, diskusi dengan
perawat ruangan dan dari catatan medis keperawatan An. A. Pelaksanaan
pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi An. A
saat dikaji.
Pada
saat dilakukan pengkajian, An. A dan suami atau keluarga An. A cukup terbuka
dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara pengkaji dengan An. A dan
keluarga, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini
dibuktikan dengan An. A dan keluarga klien mau menjawab pertanyaan dan menerima
saran yang diberikan oleh pengkaji. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan
analisis dan identifikasi masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data
fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Kondisi
klinis yang ditunjukkan oleh klien pada kasus An. A saat dikaji sesuai dengan
teori yang ada yaitu permasalah utama klien pada pola makanan atau gangguan
nutrisi yang bertentangan dengan budaya klien.
Proses
pengkajian dalam kasus di atas sesuai dengan teori Sunrise Model yaitu dikaji
berdasarkan 7 komponen Sunrise Model yaitu Faktor teknologi (technological
factors), Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors), Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors),
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways), Faktor
kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors, Faktor
ekonomi (economical factors), dan Faktor pendidikan (educational factors).
Proses pengkajian juga disesuaikan dengan kondisi klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada An. A adalah sebagai berikut :
1.
Risiko nutrisi
berhubungan dengan kepercayaan tentang niali budaya terhadap makanan.
2.
Risiko infeksi
berhubungan dengan penggunaan obat tradisional.
3.
Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku promosi
kesehatan.
Diagnosa diatas diambil berdasarkan kondisi yang dialami pasien dan di
aplikasikan dari NANDA 2012 dan teori Sunrise Model. Dimana klien masalah yang
dihadapi klien disebabkan oleh faktor eksternal seperti lingkungan dan
orang-orang disekitarnya. Selain itu faktor kebiasaan dalam keluarga dan
lingkungan juga berpengaruh dalam hal ini.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakkan selanjutnya
dilakukan pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada pada klien.
B. Perencanaan
(Intervensi)
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan disusun
berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien. Setelah
masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan
ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek,
harus jelas, dapat diukur dan realistis.
Pola diagnosa keperawatan Risiko Nutrisi diintervensikan asuhan
keperawatan selama 2x24 jam, pada diagnosa keperawatan Risiko Tinggi Infeksi
diintervensikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, dan diagnose keperawatan
terakhir yaitu Kurang Pengetahuan diintevensikan selama 1x24 jam.
Intervensi yang kami berikan terhadap klien mengacu pada NIC-NOC dan
kondisi klien. Dalam intervensi ini kami memberikan waktu yang berbeda pada
setiap intervensi. Dari ketiga diagnosa di atas risiko nutrisi kami berikan
waktu lebih lama karena pada kasus risiko nutrisi penanganannya memang cukup
susah. Ketidakmauan klien untuk makan-makanan yang mengandung protein membuat
proses pemulihan kondisi klien semakin lama. Maka dari itu intervensi terhadap
diagnosa risiko infeksi dan kurang pengetahuan waktunya lebih kami percepat
dengan tujuan risiko nutrisi terhadap klien bisa teratasi.
Begitu juga dengan intervensi risiko infeksi dan kurang pengetahuan,
waktu yang kami rencanakan lebih pendek. Hal ini dikarenakan seseorang yang
mengalami risiko infeksi faktor yang mempengaruhinya adalah kurangnya
pengetahuan tentang penggunaan-penggunaan obat tradisional. Sehingga dengan
teratasinya risiko infeksi diharapkan klien tidak mengalami infeksi lagi karena
klien paham dan mempunyai pengetahuan yang lebih.
C. Pelaksanaan
(Implementasi)
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan An. A dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan
klinik yang dimiliki oleh klien berdasarkan ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu-ilmu
klainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik.
Pada kasus diatas semua intervensi kami implementasikan, kemudian tujuan pada intervensi sudah tertasi sehingga
pada evaluasi intervensi dihentikan atau dipertahankan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan
asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah
ditetapkan lebih dulu.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
1)
Faktor teknologi
(technological factors)
2)
Faktor agama dan
falsafah hidup (religious and philosophical factors)
3)
Faktor sosial
dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
4)
Nilai-nilai budaya
dan gaya hidup (culture value and life ways)
5)
Faktor kebijakan
dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
6)
Faktor ekonomi
(economical factors)
7)
Faktor
pendidikan (educational factors)
DAFTAR
PUSTAKA
Dochter,
Joanne Mecloskey, Phd dkk. 2004. Nursing
Intervention Classification. Jakarta : Mosby Elevier
Doengoes,
Marilyann E Dkk. 1993 Rencana Asuhan
Keperawatan. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan.
Jakarta : EGC
Mooehed,
Sue dkk.2004. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Jakarta : Mosby Elevier
Doengoes. M. 2001. Perawatan Bayi dan Maternal. EGC : Jakarta