LATIHAN
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN MAHASISWA NASIONAL ILMIKI
Semarang
2 – 6
Oktober 2012
“PERAN
MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA”
Disusun
Oleh :
Donny
Nurhamsyah
11130032
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyusun Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi prasyarat untuk mengikuti LKMM nasional ILMIKI.
Saya menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Yogyakarta,
September 2012
Penulis
PERAN
MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM TANGGAP BENCANA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran mahasiswa keperawatan dalam
penanganan bencana tidak bisa dipungkiri lagi. Saat ini justru dari kalangan
mahasiswa keperawatan lah yang memiliki jiwa sosial yang sangat besar.
Disamping ingin membantu, mahasiswa keperawatan juga bias menambah
pengalamannya dalam menangani berbagai kasus.
Menurut
Barbara
Santamaria (1995), terdapat 3 fase dalam terjadinya suatu bencana yaitu
;
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal
dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.
Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh pemerintah,
lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks
dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk
bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi
kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha
kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini
para korban akan mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah,
tawar-menawar, depresi hingga penerimaan.
Berdasarkan “KEPMENKES
066/MENKES/SK/II/2006” tim yang diberangkatkan berdasarkan
kebutuhan setelah tim gerak cepat dan tim RHA kembali dengan laporan hasil
kegiatan mereka di lapangan adalah ; (Untuk jumlah penduduk/pengungsi 10.000 –
20.000 orang)
·
Dokter
Umum F 4 orang
·
Perawat
F 10 – 20 orang
·
Bidan
F 8 – 16 orang
·
Apoteker
F 2 orang
·
Asisten
Apoteker F 4 orang
·
Pranata
Laboratorium F 2 orang
·
Epidemiolog
F 2 orang
·
Entomolog
F 2 orang
·
Sanitarian
F 4 – 8 orang
B.
Rumusan Masalah
1.
Peran
mahasiswa keperawatan dalam pencegahan primer.
2.
Peran
mahasiswa keperawatan dalam keadaan darurat (Impact
Phase).
3.
Peran mahasiswa keperawatan dalam fase postimpact.
4. Peran mahasiswa keperawatan di dalam
posko pengungsian dan posko bencana
5.
Mengenali
Triase (Prioritas terpenting dalam
penanganan).
C.
Tujuan
·
Mahasiswa
keperawatan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan saat melakukan
pertolongan tanggap bencana.
·
Mahasiswa memahami
bahwa dirinya sangat dibutuhkan ketika terjadi suatu bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran mahasiswa keperawatan
dalam pencegahan primer
Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan mahasiswa keperawatan dalam masa pra bencana ini, antara lain:
·
Mengenali
instruksi ancaman bahaya
·
Mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan
selimut, serta tenda)
·
Melatih
penanganan pertama korban bencana.
·
Berkoordinasi
berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
Pendidikan kesehatan diarahkan
kepada :
- Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
- Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
- Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.
- Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
- Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana
B. Peran
mahasiswa keperawatan dalam keadaan darurat
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim
survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu
juga mahasiswa keperawatan sebagai bagian dari tim kesehatan.
Mahasiswa keperawatan harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency)
akan lebih efektif. (Triase ) .
C. Peran mahasiswa keperawatan dalam fase post important
pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency)
akan lebih efektif. (Triase ) .
C. Peran mahasiswa keperawatan dalam fase post important
Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali
pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin
memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi.
D. Peran
mahasiswa keperawatan di dalam posko pengungsian dan posko bencana
1. Memfasilitasi jadwal kunjungan
konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2. Tetap menyusun rencana prioritas
asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi
transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan
harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan
obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan
pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga
membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis
yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya
menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan,
insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban
khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal
dengan terapi bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi
kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10. Konsultasikan bersama supervisi
setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak
mengungsi.
E. Mengenali
TRIASE
1. Merah — paling penting, prioritas
utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami
hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan
kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
2. Kuning — penting, prioritas
kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum
jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat
bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang
multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar
derajat II
3. Hijau — prioritas ketiga. Yang
termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor
laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4. Hitam — meninggal. Ini adalah
korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam
keadaan meninggal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peran mahasiswa keperawatan
dalam penanganan tanggap bencana masih sangat dibutuhkan. Untuk itu kita
sebagai mahasiswa yang memiliki jiwa social yang tinggi, jangan lah enggan untuk
terjun membantu dalam penanganan bencana yang kini sering terjadi di negeri
kita tercinta.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment