PENGELOLAAN
PASIEN DENGAN
HENTI
NAPAS DAN HENTI JANTUNG
DISEBABKAN
OLEH KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Disusun
Oleh:
Donny Nurhamsyah
|
NPM.
220120170010
|
PROGRAM
STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN IGD RSHS
1.
Penjabaran
Kasus
1.1.
Keluhan
saat masuk ruang resusitasi
Pasien dari ruang medik I
pukul 16.20 WIB mengalami perburukan kondisi, kemudian pasien ditransfer ke
ruang resusitasi IGD RSHS. Saat tiba di ruang resusitasi, kondisi pasien
semakin memburuk hingga pada akhirnya henti napas dan tidak lama menjadi
bradikardi diikuti henti jantung.
1.2.
Riwayat
penyakit
Pasien memiliki riwayat
penyakit diabetes melitus tipe 2 dan riwayat akut kidney injury. Pasien sudah
rutin mengkonsumsi obat-obatan untuk menangani penyakitnya.
2.
Initial
Assestment
Airway
|
:
|
Tidak
ditemukan masalah pada jalan napas pasien (Airway Clear).
|
Breathing
|
:
|
Pasien
mengalami dispnea, RR 38 x/m, bentuk dan gerakan dada simetris, tidak ada
suara napas tambahan.
|
Circulation
|
:
|
Nadi
perifer 64 x/m dengan pulsasi kuat, TD 110/80 mmHg, warna kulit normal, tidak
ada perdarahan, turgor kulit elastis, CRT ± 3 detik, suhu kulit hangat.
|
Disability
|
:
|
Pasien
masih sadar, GCS E2 M4 V2, pupil isokor dengan diameter ± 3 mm, reflek cahaya
positif.
|
Exposure
|
:
|
Tidak
terdapat jejas diseluruh tubuh.
|
3.
Diagnosa
Medis
Respiratory failure e.c
diabetes melitus tipe 2 dengan ketoasidosis diabetikum e.c akut kidney injury
d.d cardiac arrest.
4.
Pemeriksaan
Penunjang
Waktu:
12 November 2018, 15.53 WIB
Px
|
Hasil
|
Unit
|
Rujukan
|
Darah
Rutin
|
|||
Haemoglobin
|
15,8
|
g/dl
|
12,3-15,3
|
Hematokrit
|
47,1
|
%
|
36,0-45,0
|
Leukosit
|
22,84
|
10^3/uL
|
4,50-11,0
|
Trombosit
|
356
|
ribu/µl
|
150-450
|
Eritrosit
|
5,83
|
Juta/uL
|
4,2-5,5
|
Glukosa Sewaktu
|
753
|
Mg/dL
|
<140
|
Ureum
|
46,1
|
Mg/dL
|
15,0-39
|
Kreatinin
|
2,44
|
Mg/dL
|
0,6-1,0
|
Natrium
|
126
|
mEq/L
|
135-145
|
Kalium
|
6,8
|
mEq/L
|
3,5-5,1
|
Klorida
|
97
|
mEq/L
|
98-109
|
Analisa
Gas Darah
|
|||
PH
|
6,974
|
-
|
7,35-7,45
|
PCO2
|
40,3
|
mmHg
|
35-45
|
PO2
|
44,4
|
mmHg
|
80-105
|
HCO3
|
9,4
|
Mmol/L
|
22-26
|
TCO2
|
10,7
|
Mmol/L
|
22,05-27,35
|
BE
|
-21,3
|
Mmol/L
|
-2 -
+2
|
Saturasi O2
|
59,5
|
%
|
95-100
|
5.
Terapi
Medis
Nama
Obat
|
Dosis
|
Rute
|
Infus RL
|
20 TPM
|
IV
|
Oksigen Canula
|
5 l/m
|
Nasal
|
Sulas Atropin
|
0,5 mg setiap 3-5 menit
|
IV
|
Epinephrine
|
0,01 mg/kgBB setiap 3-5 menit
|
IV
|
7.
Analisa
Data
Data
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
Pasien mengalami dispnea.
2.
CRT ± 3 detik.
3.
Nadi 64 x/menit dengan pulsasi lemah.
4.
Warna kulit pasien mulai pucat.
5.
Gambaran lead 2 di monitor mulai tidak ireguler.
6.
Pasien terlihat gelisah.
|
Defisiensi insulin
↓
DM tipe 1 atau 2
↓
Sepsis
↓
Peningkatan hormon
glukagon, katekolamin, kortisol dan gh
↓
Akselerasi katabolik
↓
Proteinolisis
↓
Peningkatan glukogenic
substrat
↓
Hiperglikemia
↓
Glukosuria
↓
Osmotik diuresis
↓
Kekurangan cairan
↓
Dehidrasi
↓
Penurunan pre load
↓
Penurunan cardiac output
↓
Perubahan Volume Sekuncup
↓
Penurunan Curah Jantung
|
Penurunan Curah Jantung
|
1.
Pasien mengalami dispnea.
2.
Usaha bernapas pasien terlihat berat ditandai dengan penggunaan
otot bantu pernapasan.
3.
Rasio pernapasan pasien 2 inspirasi dan 1 ekspirasi.
4.
Sesekali pasien terlihat bernapas menggunakan bantuan mulut.
5.
RR 38 x/m.
|
Defisiensi insulin
↓
DM tipe 1 atau 2
↓
Sepsis
↓
Peningkatan hormon
glukagon, katekolamin, kortisol dan gh
↓
Akselerasi katabolik
↓
Lipolisis
↓
Peningkatan FFA ke liver
↓
Peningkatan ketonegenesis
↓
Peningkatan alkali reserve
↓
Asidosis
↓
Kompensasi paru
↓
Hiperventilasi
↓
Pernapasan cepat dan dalam
↓
Sindrom Hipoventilasi
↓
Ketidakefektifan pola napas
|
Ketidakefektifan Pola Napas
|
1.
Pasien terlihat mengalami diaforesis.
2.
Pasien terlihat mengalami dispnea.
3.
Hasil AGD Abnormal (PH Asidosis, HCO3 Alkalosis, BE Asidosis).
4.
Bibir pasien terlihat kebiruan.
5.
Kesadaran pasien somnolen ditandai dengan skor GCS 8.
6.
Saturasi oksigen pasien 90% dengan bantuan nasal canul.
|
Defisiensi insulin
↓
DM tipe 1 atau 2
↓
Sepsis
↓
Peningkatan hormon
glukagon, katekolamin, kortisol dan gh
↓
Akselerasi katabolik
↓
Lipolisis
↓
Peningkatan FFA ke liver
↓
Peningkatan ketonegenesis
↓
Peningkatan alkali reserve
↓
Asidosis
↓
Proses difusi di alveoli
tidak maksimal
↓
Ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
↓
Gangguan Pertukaran Gas
|
Gangguan Pertukaran Gas
|
Prioritas
Diagnosa:
a. Penurunan
curah jantung b.d perubahan volume sekuncup.
b. Ketidakefektifan
pola napas b.d sindrom hipoventilasi.
c. Gangguan
pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
8.
Intervensi
Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Penurunan curah jantung b.d
perubahan volume sekuncup
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 7 jam maka penurunan curah jantung teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Tanda vital dalam rentang normal.
2.
Tidak ada distensi vena jugularis.
3.
Warna kulit tidak pucat.
4.
Gambaran ekg menunjukan kondisi yang normal.
5.
Pasien toleran untuk beraktifitas.
|
1.
Monitor tanda-tanda vital.
2.
Monitor toleransi aktivitas pasien.
3.
Monitor kondisi jantung melalui EKG.
4.
Monitor adanya sianosis.
5.
Monitor adanya cushing triad yaitu sistolic
meningkat, diastolic menurun dan nadi menurun.
6.
Kolaborasi pemberian obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas.
7.
Kelola pemberian terapi medis.
8.
Edukasi pasien untuk menurunkan kecemasan.
9.
Lakukan resusitasi jantung paru ketika pasien
terindikasi dilakukan RJP (AHA, 2015).
10.
Kolaborasi pemberian terapi penanganan henti jantung
(obat emergency).
|
2.
|
Ketidakefektifan
pola napas b.d sindrom hipoventilasi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam maka pola napas menjadi
efektif dengan kriteria hasil:
1. Tidak ada sianosis.
2. RR dalam rentang normal.
3. Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
4. Pernapasan tidal melalui mulut.
5. Rasio inspirasi dan ekspirasi 1:2
|
1.
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi.
2.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan.
3.
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
4.
Monitor respirasi
dan status O2.
5.
Monitor pola nafas.
6.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
7.
Lakukan intubasi menggunakan ETT jika pasien
terindikasi (AHA,2015 dan Guinnut, 2017).
8.
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi.
9.
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi.
10.
Monitor vital sign.
11.
Informasikan pada
pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
12.
Kolaborasi pemberian oksigen nasal canul dan apabila
tidak mencukupi diganti sesuai kebutuhan.
13.
Kelola pemberian terapi oksigen.
|
3.
|
Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam gangguan
pertukaran gas pasien teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Tidak ada dispnea.
2.
Tidak ada sianosis.
3.
Analisa gas darah dalam rentang normal.
4.
Tanda vital dalam rentang normal.
5.
Saturasi okigen diatas 95%.
6.
Kesadaran meningkat.
|
1.
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
2.
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
3.
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
4.
Monitor respirasi
dan status O2
5.
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
6.
Monitor suara
nafas, seperti dengkur
7.
Monitor pola nafas
: bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
8.
Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
9.
Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus mental
10. Observasi sianosis khususnya membran mukosa
11. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
12. Lakukan
pemberian napas menggunakan oksigen tekanan positif bag valve mask jika
kondisi pasien semakin memburuk (AHA, 2015).
13. Ambil sampel
darah arteri untuk pemeriksaan AGD.
|
9.
Implementasi
Keperawatan
No
Dx
|
Tanggal
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
TTD
|
1
|
12
Nov 2018
|
16.20
16.25
16.25
16.25
16.30
16.30-16.50
16.30-16.50
16.30-16.50
|
1.
Memonitor tanda-tanda vital dengan memasang bedside
monitor.
S: -
O: Pasien terpasang elektroda, cuff
tensi dan saturasi.
2.
Memonitor toleransi aktivitas pasien.
S: -
O: Pasien intoleran terhadap aktifitas.
3.
Memonitor kondisi jantung melalui gelombang EKG lead
II di bedside monitor.
S: -
S: Muncul gambaran PEA.
4.
Memonitor adanya sianosis.
S: -
O: Bibir klien terlihat sianosis.
5.
Memonitor adanya cushing triad yaitu sistolic
meningkat, diastolic menurun dan nadi menurun.
S: -
O: TD 100/60 mmHg, 58 x/m.
6.
Mengkolaborasikan pemberian sulfas atropin untuk
mempertahankan kontraktilitas setelah fase resusitasi jantung paru berhasil.
S: -
O: Klien masih dalam kondisi bradikardi
dan obat rencana akan dimasukkan.
7.
Melakukan resusitasi jantung paru karena pasien
mengalami henti napas henti jantung.
S: -
O: Klien mendapatkan 3 x 5 siklus RJP,
ada nadi dan ada napas spontan.
8.
Mengkolaborasikan pemberian terapi epinephrin 0,01
mg/kgBB, amiodarone 5 mg/kgBB, lidocaine 1 mg/kgBB.
S: -
O: Obat masuk sesuai guideline AHA 2015.
9.
Kelola pemberian terapi medis.
S: -
O: Terapi resusitasi jantung paru masuk.
|
16.50 WIB
S: -
O: Resusitasi Jantung Paru berhasil
diberikan dengan respon ada napas ada nadi.
A: Tujuan sementara tercapai
P: Monitor ketat kondisi pasien
|
D
|
2
|
12
Nov 2018
|
16.55
16.55
16.58
16.55
16.50
16.30
16.35
16.25
17.00
16.20
16.30
16.20
|
1.
Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi.
S: -
O: Leher pasien ekstensi diganjal
selimut.
2.
Mengauskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan.
S: -
O: Suara
vesikuler dan tidak ada suara napas tambahan.
3.
Memonitor respirasi
dan status O2.
S: -
O: Pasien
terpasang O2 nasal canul, RR 38 x/m, Saturasi 90%.
4.
Memonitor pola
nafas.
S: -
O: Pasien masih
kesulitan bernapas ditandai dengan penggunaan otor diafragma untuk bernapas.
5.
Mempertahankan jalan nafas yang paten.
S: -
O: Jalan napas
clear dengan kepala diekstensikan.
6.
Mengobservasi adanya tanda tanda hipoventilasi.
S: -
O: Rasio
pernapasan pasien masih 2:1.
7.
Mengkolaborasikan pelaksanaan intubasi menggunakan
ETT untuk proses keadekuatan resusitasi.
S: -
O: Pasien terpasang ETT no 7 dengan
kedalaman 20 cm.
8.
Memonitor vital sign.
S: -
O: RR 30 x/m,
saturasi 92%.
9.
Menginformasikan
pada pasien untuk mengatur pernapasannya.
S: -
O: Pasien tampak
langsung mengatur napasnya.
10.
Mengkolaborasikan pemberian oksigen nasal canul dan
apabila tidak mencukupi diganti sesuai kebutuhan.
S: Dokter
mengatakan saat ini menggunakan nasal canul 3 lpm dan siaga BVM.
O: Pasien
terpasang O2 nasal canul 3 lpm.
11.
Pasien diberikan bantuan oksigen melalui BVM untuk
proses resusitasi jantung paru.
S: -
O: Pasien mendapatkan bantuan oksigen
tekanan positif sesuai guideline AHA 2015 yaitu setelah 30 kompresi diberikan
2 kali napas bantuan.
12. Mengelola
pemberian terapi oksigen.
S: -
O: Pasien terpasang O2
nasal canul 3 lpm.
|
16.50
WIB
S: -
O:
1. Resusitasi
Jantung Paru berhasil diberikan dengan respon ada napas dan ada nadi.
2. Pasien
terpasang ETT ukuran 7 kedalaman 20 cm dengan BVM.
A:
Tujuan sementara tercapai
P:
Monitor ketat kondisi pasien
|
D
|
3
|
12
Nov 2018
|
16.55
16.50
16.30
16.50
16.20
16.20
16.30
16.50
|
1.
Memposisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi.
S: -
O: Kepala pasien diekstensikan dengan
diganjal selimut pada leher.
2.
Mengauskultasi
suara nafas dan mencatat adanya suara tambahan.
S: -
O: Suara napas vesikuler, tidak ada
suara napas tambahan.
3.
Memonitor pola
nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
S: -
O: Pola napas pasien cepat dangkal.
4.
Memonitor TTV, AGD, elektrolit
dan ststus mental
S: -
O: Pasien terpasang bedside monitor,
sampel darah untuk pemeriksaan AGD dan darah sudah diambil.
5.
Mengobservasi ada tidaknya sianosis.
S: -
O: Bibir pasien tampak sianosis.
6.
Menjelaskan pada
pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
S: Keluarga mengerti alasan penggunaan
alat bantuan.
O: Keluarga kooperatif.
7.
Memberikan napas menggunakan oksigen tekanan positif
bag valve.
S: -
O: Pasien mendapatkan bantuan napas
tekanan positif untuk memberikan keadekuatan asupan oksigen.
8.
Mengambil sampel darah arteri untuk pemeriksaan AGD.
S: -
O: Sampel darah berhasil diambil dan
dilakukan pemeriksaan oleh lab.
|
16.50
WIB
S: -
O:
1. Sampel
AGD berhasil diambil dan sedang dalam pemeriksaan lab.
2. Pernapasan
pasien mulai terkontrol.
A: Tujuan sementara tercapai
P: Monitor ketat kondisi pasien
|
D
|
DAFTAR
PUSTAKA
American Heart Association. (2015).
Highlights of the 2015 American Heart Association Guidelines Update for CPR and
ECC. Dalas, Texas, USA: Greenville Avenue. 877-AHA-4CPR/ www.heart.org/cpr.
LOT 5340729 15-1002 10/15
Brustsaert, Erika F. (2017). Diabetic
Ketoacidosis (DKA). Montefiore Medical Center. Februari 2017. https://www.msdmanuals.com/professional/endocrine-and-metabolic-disorders/diabetes-mellitus-and-disorders-of-carbohydrate-metabolism/diabetic-ketoacidosis-dka
Hamdy, Osama., Khardori, Romesh. (2018).
Diabetic Ketoacidosis. MedScape. 08 Februari 2018. https://emedicine.medscape.com/article/118361-overview
NHS. (2017). Diabetic Ketoacidosis. NHS.
24 April 2017. https://www.nhs.uk/conditions/diabetic-ketoacidosis/
Gwinnut, Carl L. (2017). Should We
Intubate Patients During Cardiopulmonary Resuscitation? Intubation Should
Remain the Standard While We Wait for Randomised Trials. BMJ. BMJ 2017;357:j1772
doi: 10.1136/bmj.j1772 (Published 2017 April 18)
No comments:
Post a Comment